REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk mengunggah kicauan di akun Twitter resminya bahwa piramida dibangun oleh alien. Unggahannya yang telah disukai 543 ribu dan di-retweet 86 ribu kali itu telah mengundang respons Pemerintah Mesir.
Mengutip Cnet, senin (3/8), Pemerintah Mesir melalui menteri kerja sama internasionalnya, Rania A Al Mashat menegaskan, piramida yang terkenal sejak lama itu tidak dibangun oleh alien. Tak sampai di sana, pihak Pemerintah juga siap mengundang Elon Musk untuk mengklarifikasi fakta dan menyelidiki sejarah negaranya menyoal kicauan Musk pada 31 Juli lalu.
I follow your work with a lot of admiration. I invite you & Space X to explore the writings about how the pyramids were built and also to check out the tombs of the pyramid builders. Mr. Musk, we are waiting for you 🚀. @elonmusk https://t.co/Xlr7EoPXX4
— Rania A. Al Mashat (@RaniaAlMashat) August 1, 2020
"Aku mengakui pekerjaanmu dengan banyak kekaguman. Saya mengundang Anda dan SpaceX untuk mengeksplorasi tulisan-tulisan tentang bagaimana piramida dibangun dan juga untuk memeriksa makam pembangun piramida. Mr. Musk, kami menunggu Anda," ujar al-Mashat dalam unggahannya.
Tak hanya Al Mashat, dari Egypt Today, arkeolog setempat Zahi Hawass, juga menyebut klaim Musk merupakan halusinasi. Hal itu menurutnya, dilatarbelakangi adanya temuan makam dari orang-orang yang telah membangun piramida.
"Dari sana, diketahui mereka merupakan orang Mesir asli dan bukan berstatus sebagai budak," jelas Hawass dalam videonya.
Namun demikian, hingga kini Musk masih belum mengkonfirmasi undangan dari Pemerintah Mesir itu. Sebaliknya, dirinya menggali beberapa sumber daring yang menjelaskan sejarah nyata dari struktur kuno.
"Piramida Besar adalah struktur tertinggi yang dibuat oleh manusia selama 3.800 tahun," kicauan Musk pada Sabtu lalu.
Lebih lanjut, dirinya juga menindaklanjuti artikel BBC yang membahas bagaimana mayoritas arkeolog yang setuju bahwa Piramida Besar dibangun oleh empat ribu pekerja. Selain didukung adanya 16 ribu hingga 20 ribu pekerja sekunder lainnya yang bekerja selama 20 tahun atau lebih.