Jumat 31 Jul 2020 09:53 WIB

Survei: Orang yang Jangkung Lebih Rentan Kena Covid-19

Survei di AS dan Inggris ungkap tinggi badan pengaruhi kerentanan terhadap Covid-19

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Warga saat mengantre di luar toko Niketown, London, Inggris, Senin, (15/6). Studi melibatkan 2.000 orang di Inggris dan AS mengungkap, orang yang lebih jangkung lebih rentan terhadap Covid-19.
Foto: AP/Matt Dunham
Warga saat mengantre di luar toko Niketown, London, Inggris, Senin, (15/6). Studi melibatkan 2.000 orang di Inggris dan AS mengungkap, orang yang lebih jangkung lebih rentan terhadap Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SARS-CoV-2, virus penyebab pandemi Covid-19, masih menjadi ancaman nyata bagi populasi manusia di dunia. Belum lama ini, sebuah studi mengungkap bahwa tinggi badan memengaruhi kerentanan seseorang terinfeksi virus Covid-19.

Tim peneliti global, termasuk para ahli dari University of Manchester dan The Open University, menemukan bahwa orang dengan badan lebih dari 180 cm dua kali lipat lebih berisiko terinfeksi Covid-19. Peneliti melakukan survei terhadap 2.000 orang di Inggris dan Amerika Serikat (AS) untuk menentukan apakah atribut pribadi, seperti pekerjaan maupun praktik kehidupan seseorang mungkin berperan dalam transmisi.

Baca Juga

Peneliti mengungkapkan, orang yang lebih jangkung berpotensi lebih mudah kena Covid-19 karena virus penyebabnya menyebar lewat udara. Soalnya, faktor tinggi badan mungkin tidak akan berkontribusi pada kerentanan seseorang terinfeksi, jika saja SARS-CoV-2 hanya ditularkan lewat droplet.

Hasil survei yang mengaitkan antara tinggi badan dan diagnosis Covid-19 mengindikasikan bahwa transmisi melalui droplet bukan satu-satunya mekanisme penyebaran virus corona. Peneliti menyimpulkan bahwa transmisi aerosol juga bisa terjadi.

"Jarak sosial tetap penting karena penularan melalui droplet masih mungkin terjadi dan memakai masker mungkin akan efektif dalam pencegahan. Tetapi, penggunaan penjernih udara di dalam ruang harus dieksplorasi lebih lanjut, karena studi ini menggarisbawahi bahaya penyebaran virus lewat aerosol," kata Profesor Evan Kontopantelis, dari University of Manchester, seperti dilansir Fox News, Kamis (30/7).

Studi ini melaporkan bahwa ukuran droplet cukup besar daripada aerosol, sehingga ia akan segera jatuh ke tanah atau permukaan benda lain ketika terlontar dari mulut atau hidung. Droplet biasanya menjangkau sekitar 1,5 meter. Sementara aerosol ukurannya lebih mikro dan dapat menumpuk di area yang berventilasi buruk, lalu terbawa oleh udara.

Studi ini juga menemukan bahwa penggunaan dapur bersama atau akomodasi berperan besar dalam penularan Covid-19, terutama di AS, di mana keadaan itu membuat kemungkinan tertular virus 3,5 kali lebih tinggi. Sementara di Inggris, peluangnya 1,7 kali lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement