Rabu 29 Jul 2020 22:35 WIB

Facebook Bayar Kreator untuk Beralih dari TikTok

Facebook menggaet influencer TikTok untuk pindah ke Reels.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Facebook.
Foto: AP
Facebook.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Aplikasi Instagram milik Facebook telah meluncurkan aplikasi video pendek bernama Reels. Aplikasi mirip TikTok itu diharapkan bisa menggeser kepopuleran TikTok di Amerika Serikat (AS), seiring adanya pertimbangan dari pemerintah federal untuk melarang TikTok.

Perusahaan tersebut juga telah menggaet para influencer TikTok dengan jutaan pengikut untuk pindah ke Reels. Dilansir di Forbes pada Rabu (29/7) dilaporkan bahwa Facebook telah meminta kreator TikTok untuk membuat konten eksklusif di Reels, dan meminta mereka mengunggah konten mereka terlebih dahulu di Reels.

Sebagai imbalan, setiap konten akan dihargai ratusan ribu dolar AS dan para kreator TikTok harus menandatangi surat kontrak atau perjanjian. Menurut seorang kreator, Facebook akan membayar lebih banyak untuk setiap konten yang diunggah eksklusif di Reels.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan bahwa ini menjadi salah satu jalan untuk membuat bintang baru di Reels. "Kami memiliki riwayat panjang dalam menjangkau kreator baru, dan berusaha menghadirkan bintang-bintang baru," kata juru bicara tersebut.

Sadar posisinya terancam, sebelumnya TikTok juga telah menyiapkan 200 juta dolar AS atau setara Rp 2,9 triliun untuk membayar para kreator TikTok. Dana ini dianggarkan di tengah masalah privasi, guna mempertahankan para kreator dan menggaet pengguna baru.

TikTok sebenarnya telah berulang kali membantah klaim telah membocorkan data penggunanya kepada pemerintah China. Pihak TikTok menegaskan bahwa melindungi privasi data penggunanya adalah prioritas utama.

Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan, Presiden Donald Trump akan mengambil tindakan keras terhadap TikTok dan aplikasi China lainnya karena dituduh telah membagikan data pengguna kepada otoritas China.

"Semua data pengguna yang dikumpulkan dari Amerika oleh TikTok, langsung tersambung ke server militer China. Partai Komunis Tiongkok dan perusahaan hanya ingin mencuri kekayaan intelektual kami," kata Navarro belum lama ini.

Pada awal Juli, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga mengatakan bahwa Pemerintah Federal AS akan membatasi TikTok dan aplikasi media sosial China lainnya. Pernyataan Pompeo itu seiring dengan keprihatinan dari senator Republik dan Demokrat yang menganggap TikTok sebagai ancaman bagi keamanan nasional AS.

Menurut Statista, hingga saat ini jumlah pengguna TikTok di AS mencapai 4,5 juta. Perusahaan statistik itu memperkirakan jumlahnya dapat terus tumbuh menjadi 60,3 juta pada tahun 2024.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement