REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Masyarakat kembali menemukan struktur bata kuno di Desa Langlang, Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Temuan struktur ini diduga dibangun sejak masa Kerajaan Mataram Kuno.
Pelaksana Tugas (Plt) Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim), Nugroho Harjolukito mengatakan, lembaganya pada dasarnya belum bisa secara mutlak memperiodisasi temuan struktur bata kuno di Desa Langlang, Singosari, Kabupaten Malang. Namun, dari sisi penyusunan material bata dipastikan memiliki ketebalan tidak biasa. Dimensi lebarnya 28 centimeter (cm), panjang 38 cm dan tebal 10 cm.
Dimensi struktur bata menunjukkan telah dibangun sebelum masa Kerajaan Singasari. Bahkan, susunannya kemungkinan besar berasal dari masa Mataram Kuno yang berpindah di Jawa Timur (Jatim).
"Berdasarkan penemuan Malang sisi utara hingga ke arah Batu itu merupakan satu kawasan linear terhadap sebaran pada masa-masanya Mpu Sendok," ucap Nugroho saat ditemui wartawan di Desa Langlang, Singosari, Kabupaten Malang, Kamis (23/7).
Berdasarkan pengamatan, BPCB menduga struktur bata tak mempunyai keterkaitan dengan penghunian, tapi aktivitas religi di masa lampau. Dari sisi orientasi, struktur bata kemungkinan menghadap ke arah timur di mana terdapat Gunung Arjuno. Sesuai aktivitas kehidupan, arah timur juga berarti lokasi munculnya matahari terbit.
Untuk aspek pelestarian dan penyelamatan, BPCB akan berupaya melihat potensi struktur lebih mendalam. Bentuk dan susunan struktur bata akan menjadi pijakan tahap pelestarian selanjutnya. "Jadi akan ada aspek pengembangannya juga kalau ini punya potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pariwisata misalnya," katanya.
BPCB belum memastikan jadwal ekskavasi terhadap temuan struktur bata di Desa Langlang, Singosari, Kabupaten Malang. Timnya harus menyusun program terlebih dahulu setidaknya dalam waktu dua bulan. Selain itu, ia juga masih harus menunggu lahan kering demi keberhasilan ekskavasi.
"Kalau tanah itu kering kita gali akan lebih mudah (memperoleh) artefak yang tercecer karena tanahnya tidak bercampur. Kita harapkan seperti itu jadi kita tunggu musim kering. Yang penting tidak sampai memasuki musim hujan," ujarnya.
Struktur bata akan ditimbun tanah kembali sebagai langkah pengamanan sebelum jadwal ekskavasi. Langkah ini untuk melindungi permukaan bata akibat perubahan cuaca dan suhu. Bata akan mudah retak apabila dibiarkan terkena panas maupun hujan.
Nugroho telah meminta pemilik lahan ikut menjaga lokasi temuan bata kuno. Ia juga tidak melarang pemilik untuk bercocok tanam di lahan tersebut. Namun dia berharap bukan tanaman berakar kuat yang akan ditanam pemilik di lokasi temuan.
Pemilik Lahan, Roni (43 tahun) mengizinkan pemerintah melakukan penelitian terhadap temuan struktur bata kuno di lahannya. Ia siap mengikuti arahan pemerintah termasuk penggalian di lahan yang ditumbuhi singkong tersebut.
"Ya ini sudah milik pemerintah, ya ikuti saja," ujar pemilik lahan seluas 3.200 meter tersebut.
Ketua Komunitas Jelajah Jejak Malang (JJM), Restu Respati sebelumnya telah menerima informasi temuan struktur bata kuno dari mantan Kepala Desa Langlang, Akhmad Firdaus pada 7 April 2020. Akhmad melaporkan telah menemukan batu bertanda bintang, batu lumpang, dan bata kuno di Desa Langlang. Batu-batu tersebut ditemukan sekitar Juli 2019 saat Tim Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) mengadakan kegiatan pengukuran tanah di Desa Langlang.