Sabtu 18 Jul 2020 02:41 WIB

Obat Berusia 2.000 Tahun Tampak Mampu Kendalikan Covid-19

Dalam percobaan kecil, obat colchicine tampak bisa mengatasi Covid-19 yang parah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Peneliti melaporkan bahwa dalam studi skala kecil, obat lawas colchicine tampak dapat membantu mengatasi Covid-19 yang parah.
Foto: womenhealthcaretopics.com
Peneliti melaporkan bahwa dalam studi skala kecil, obat lawas colchicine tampak dapat membantu mengatasi Covid-19 yang parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada bukti baru bahwa obat berusia 2.000 tahun mungkin menawarkan harapan dalam upaya menangani Covid-19. Obat jadul yang disebut colchicine itu adalah pil antiinflamasi.

Colchicine sudah lama diresepkan untuk radang sendi (gout). Obat itu pertama kali diambil dari ekstrak bunga musim gugur, crocus. Dokter juga terkadang menggunakan colchicine untuk mengobati pericarditis, kondisi peradangan kantung di sekitar jantung.

Baca Juga

Tim peneliti Yunani melaporkan di JAMA Network Open bahwa percobaan kecil mereka menunjukkan colchicine dapat membantu mengatasi Covid-19 yang parah. Percobaan melibatkan 105 pasien Yunani yang dirawat di rumah sakit pada bulan April dengan Covid-19.

Selain mendapatkan antibiotik standar dan antivirus (bukan remdesivir), setengah dari peserta mendapat dosis harian colchicine hingga tiga pekan. Separuh lainnya tidak menerima terapi ini.

Menurut tim yang dipimpin oleh Dr Spyridon Deftereos, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Attikon di Attiki, Yunani, hasilnya menunjukkan manfaat klinis yang signifikan dari colchicine pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Sementara itu, kondisi tujuh dari 50 pasien yang tidak mendapatkan colchicine memburuk secara klinis ke tahap yang parah hingga misalnya membutuhkan ventilasi mekanik untuk bertahan hidup.

Ini berlaku untuk hanya satu dari 55 pasien yang menerima colchicine. Dalam editorial jurnal, sekelompok dokter AS menulis bahwa mereka sepakat penelitian ini memiliki batas, tetapi mereka juga memuji tim Yunani karena menunjukkan kepada dunia bahwa obat lama mungkin masih memiliki manfaat lain.

Dr Amir Rabbani, seorang ahli jantung di University of California, Los Angeles, dan rekannya menekankan dalam tajuk rencana bahwa ukuran penelitian itu terlalu kecil untuk memberikan pernyataan yang pasti tentang apakah colchicine harus digunakan secara rutin terhadap Covid-19. Tapi mereka mengatakan efeknya pada penanda darah tertentu dari fungsi jantung menunjukkan colchicine memiliki efek anti-inflamasi dan anti-pembekuan darah yang dapat membantu membatasi kerusakan kardiovaskular yang ditimbulkan oleh Covid-19.

Dr Rajiv Bahl, seorang dokter pengobatan darurat di Orlando, Florida, melihat kerusakan parah Covid-19 pada pasien secara langsung. Membaca temuan Yunani, ia mencatat bahwa colchicine juga telah digunakan untuk mencegah kondisi jantung seperti perikarditis dan kondisi peradangan lainnya yang memengaruhi tubuh. Namun, penelitian baru ini terlalu kecil.

"Jadi, meskipun menunjukkan beberapa harapan awal, penelitian di masa depan perlu dilakukan sebelum kita dapat memasukkan colchicine sebagai obat yang digunakan secara luas untuk membantu memerangi Covid-19," kata Bahl seperti dilansir dari laman Health 24.

Seperti pertama kali dilaporkan pada bulan April, para peneliti di Amerika Serikat dan Kanada sedang menguji kemampuan colchicine untuk menjaga pasien Covid-19 yang berisiko tinggi agar tidak jatuh sakit parah untuk sampai dirawat di rumah sakit. Menurut peneliti Dr Priscilla Hsue, seorang profesor kedokteran di University of California, San Francisco (UCSF), salah satu aspek yang unik adalah bahwa dunia seperti berkejaran dengan waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement