Rabu 15 Jul 2020 13:16 WIB

Wisata Virtual Diprediksi Bakal Jadi Tren

Saat ini belum ada startup yang menggarap wisata virtual.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah wisatawan berada di Pantai Meninting, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan berada di Pantai Meninting, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di saat pandemi, muncul berbagai cara baru dalam berkegiatan. Misalnya, melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) hingga rapat dengan rmenggunakan konferensi video. Dalam perkembangannya, muncul juga cara-cara baru penggunaan teknologi dalam bidang pariwisata.

Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Kemenparekraf Muhammad Neil El Himam mengatakan, kemajuan teknologi dari sisi digital dalam bidang pariwisata di tengah pandemi adalah munculnya pemikiran tur virtual.

Baca Juga

Ternyata, banyak pula orang yang sudah mulai melakukan hal tersebut. Hanya saja, Neil mengungkapkan, belum ada perusahaan rintisan yang khusus menyeleng garakan tur virtual. "Jadi, mereka masih menggunakan platform-platform sendiri, mungkin Zoom, Google Meet, dan sebagai nya," ujar Neil di acara konferensi pers virtual Kemenparekraf Buka Baparekraf for Startup (BEKUP) 2020, pekan lalu.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio memikirkan, seharusnya pariwisata itu bisa seamless, kalau perlu tanpa memikirkan sesuatu. Misalnya, seseorang ingin pergi liburan ke pantai, setelah itu langsung keluar rencana perjalanan, bahkan sampai informasi tiket juga penginapan.

"Jadi, benar-benar seamless experience untuk pariwisata. Itu akan mungkin bisa terjadi kalau platform digital dan datanya sudah kita kuasai. Jadi, ke depan, bisa saja seperti itu," katanya.

Menyinggung data, Neil menjelaskan, data menjadi sangat penting karena de ngan itu pihaknya bisa melakukan analisis big data. Kemenparekraf juga akan bisa mengetahui keinginan wisatawan atau calon wisatawan, termasuk tempat liburan yang disukai. "Misalnya, ada yang senang ke Bali, kan bisa dibaca kalau kita punya big data tersebut," ujarnya.

Selain itu, menurut Neil, dengan kon disi yang dihadapi seperti sekarang, orang-orang yang berkecimpung di bidang pari wisata harus berani memikirkan cara lain. Misalnya, setiap tahun, anak-anak sekolah melakukan study tour. Namun, karena pandemi Covid-19, study tour secara fisik tidak mungkin bisa dilaksanakan. Kendati demikian, ada peluang baru yang bisa muncul, yakni virtual study tour.

Anak-anak bisa mendapatkan penge tahuan dan pengalaman meski tidak secara langsung. "Jadi, nanti saat mau beneran datang ke tempat tersebut, mereka sudah jadi lebih tahu. Selain itu juga metode seperti ini, apabila lebih interaktif lebih bisa masuk pengetahuannya ke mereka, jadi lebih ingat dan lebih merasakan experience-nya. Itu beberapa tren menurut saya ke depan bisa saja terjadi seperti itu," kata Neil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement