Rabu 08 Jul 2020 13:58 WIB

Pandemi Seperti Corona akan Sering Terjadi di Masa Depan?

Penyakit zoonosis diprediksi meningkat di masa depan dipicu kerusakan lingkungan,

Flu Babi (ilustrasi). Penyakit Flu Babi yang dilaporkan oleh ilmuwan China adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis), sedangkan kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia adalah penyakit ASF yang disebabkan oleh Virus ASF yang tidak dapat menular ke manusia
Foto: Dok Kementan
Flu Babi (ilustrasi). Penyakit Flu Babi yang dilaporkan oleh ilmuwan China adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis), sedangkan kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia adalah penyakit ASF yang disebabkan oleh Virus ASF yang tidak dapat menular ke manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit yang asalnya dari binatang, di masa depan bisa jadi lebih sering melompat ke manusia. Program lingkungan PBB UNEP memperingatkan, wabah semacam Covid-19 bisa semakin sering melanda.

"Jika manusia terus mengeksploitasi dunia binatang dan merusak ekosistem, kita bisa memperkirakan akan semakin banyak penyakit yang ditularkan binatang kepada manusia di tahun-tahun mendatang,“demikian peringatan Inger Andersen, direktur eksekutif program lingkungan PBB (UNEP).

Baca Juga

Andersen menambahkan, untuk mencegah wabah semacam itu di masa depan, kita harus makin meningkatkan kesadaran untuk melindungi lingkungan. “Pandemi menghancurkan sendi kehidupan dan ekonomi, seperti yang kita lihat beberapa bulan belakangan, yang paling menderita adalah warga miskin,“ kata dia.

Andersen menambahkan, sekitar 60 persen penyakit infeksi pada manusia yang saat ini dikenal dan 75 persen dari penyakit infeksi baru adalah penyakit zoonosis. Sebagian besar akibat meningkatnya interaksi antara manusia, binatang dan lingkungan.

 

Tren zoonosis meningkat

Para peneliti penyakit hewan dalam kesempatan yang sama menambahkan, bagi mereka munculnya pandemi Covid-19 tidak mengejutkan. Delia Randolph, pakar epidemiologi veteriner dari International Livestock Research Institute (ILRI) menyebutkan ilmuwan yang melakukan riset penyakit hewan tidak kaget, karena sebelumnya pandemi semacam itu sudah bisa diperkirakan.

“Sejak tahun 1930-an terdapat tren yang jelas, menyangkut terus meningkatnya penyakit pada manusia. Dan sekitar 75 persen dari penyakit itu berasal dari binatang liar,“ ujar Randolph.

Misalnya saja Covid-19, sumbernya diduga berasal dari kelelawar, demikian dalam laporan UNEP dan ILRI. Laporan itu menyebutkan, ada tujuh tren yang diidentifikasi memicu prevalensi penyakit zoonosis. Antara lain, meningkatnya permintaan protein hewani, pertanian intensif yang tidak berkelanjutan, meningkatnya urbanisasi, eksploitasi lingkungan dan perubahan iklim.

Dipicu ekploitasi alam besar-besaran

“Di sejumlah kawasan, aktivitas manusia menghancurkan kawasan penyangga, yang sebelumnya berfungsi sebagai zona pelindung dari bibit penyakit tersebut,“ kritik Doreen Robinson, kepala bagian binatang liar UNEP.

Selain itu temperatur yang makin hangat, bisa menjadi prasyarat ideal bagi bibit penyakit dan inang penularnya, demikian tulis laporan bersama UNEP dan ILRI. Peranan besar untuk lompatan penyakit hewan pada manusia adalah ekploitasi dunia binatang, lewat perburuan, perdagangan dan konsumsi hewan liar.

Virus Corona SARS Cov-2 yang memicu pandemi Covid-19 atau virus ebola dan MERS melompat dari inang hewan ke manusia. Para pakar dalam laporan itu juga meminta pemerintah menanamkan investasi lebih besar di bidang kesehatan publik, pertanian berkelanjutan, mengakhiri eksploitasi satwa liar dan mereduksi perubahan iklim.

 

sumber: https://www.dw.com/id/pandemi-seperti-virus-corona-akan-makin-sering-terjadi/a-54075107

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement