Rabu 01 Jul 2020 18:40 WIB

Mengapa Lebih Banyak Pria Meninggal Akibat Covid-19?

Di sisi lain, kaum wanita lebih sering mengidap penyakit autoimun dibandingkan lelaki

Seorang pria memakai masker saat akan membeli es krim di Saudi Arabia, Ahad (28/6). Kasus COVID-19 di dunia mencatatkan angka tertinggi dalam 24 jam terakhir pada Ahad (28/6),  dengan jumlah lebih dari 10 juta kasus positif dan 500.000 kematian.(AP Photo/Amr Nabil)
Foto: AP/Amr Nabil
Seorang pria memakai masker saat akan membeli es krim di Saudi Arabia, Ahad (28/6). Kasus COVID-19 di dunia mencatatkan angka tertinggi dalam 24 jam terakhir pada Ahad (28/6), dengan jumlah lebih dari 10 juta kasus positif dan 500.000 kematian.(AP Photo/Amr Nabil)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona menyerang siapa saja dengan kemungkinan sama, lelaki atau perempuan. Tapi pria cenderung menderita kasus lebih berat dan kemungkinan lebih besar meninggal akibat Covid-19.

Sejak awal pandemi, sejumlah penyebab logis dikedepankan mengapa lelaki cenderung menderita lebih berat jika terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Lelaki tidak terlalu memperhatikan kesehatannya, merokok lebih banyak atau lebih banyak mengkonsumsi makanan tak bergizi.

Baca Juga

Berdasar teori itu, generasi lebih tua khususnya, mengikuti pola hidup tidak sehat. Sebagai tambahan, lelaki secara umum menunggu lebih lama sebelum datang ke dokter.

Data yang dihimpun dari lebih 20 negara oleh Global Health 50/50 mengonfirmasi, kasus infeksi virus corona pada wanita sama banyaknya dengan pria. Namun, lelaki kemungkinan menderita bentuk Covid-19 yang lebih gawat dan meninggal akibat infeksinya. Rasio kematian berdasarkan jenis kelamin adalah sepertiga pada perempuan dan duapertiga pada lelaki.

Salah satu faktor yang pasti adalah prevalensi lebih besar dari kondisi riwayat penyakit pada pria. Misalnya, pria lebih sering mengidap penyakit kardiovaskular dan lebih sering meninggal akibat penyakit ini dibanding perempuan.

Faktor menentukan lainnya adalah struktur usia. Lembaga monitoring penyakit menular di Jerman, Robert Koch Institut (RKI) melaporkan, setidaknya jumlah lelaki yang meninggal dua kali lipat dibanding wanita, pada kelompok umur antara 70 sampai 79 tahun. Namun, RKI tidak bisa menjelaskan alasan bagi kasus kematian terkait perbedaan jenis kelamin ini.

Reseptor ACE2 sebagai faktor kunci?

Reseptor ACE2 kemungkinan juga memainkan peranan penting, karena berfungsi sebagai jaan masuk virus corona yang memicu Covid-19, SARS, dan MERS. “Lelaki juga lebih banyak terinfeksi MERS," ujar Bernhard Zwissler, direktur bagian anaesthesiology LMU Klinikum di München.

Hasil sebuah riset University Medical Center Groningen menemukan, reseptor ACE2 ini konsentrasinya lebih tinggi pada lelaki. Para peneliti menemukan perbedaan reseptor ini berdasar perbedaan gender, saat melakukan penelitian korelasi antara konsentrasi ACE2 dengan penyakit gagal jantung kronis.

Zwissler menyebutkan, para peneliti saat ini sedang menyelidiki, apakah pemberian inihibitor ACE sebagai obat anti hipertensi menyebabkan meningkatnya formasi reseptor ACE2 di dalam sel, dan membuatnya makin mudah terkena infeksi. “Ini bisa diasumsikan begitu, tetapi sejauh ini belum ada pembuktian,“ ujar pakar anastesi ini.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement