Senin 22 Jun 2020 00:45 WIB

Kemenkominfo Pastikan Data Pasien Covid-19 tidak Bocor

Data pasien Covid-19 tersebut berasal dari aplikasi PeduliLindungi.

Warga mengakses aplikasi PeduliLindungi di Kampung Pasir Babakan, Lebak, Banten, Sabtu (18/4/2020). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan tidak ada data yang bocor dari aplikasi PeduliLindungi.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Warga mengakses aplikasi PeduliLindungi di Kampung Pasir Babakan, Lebak, Banten, Sabtu (18/4/2020). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan tidak ada data yang bocor dari aplikasi PeduliLindungi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan tidak ada data yang bocor dari aplikasi PeduliLindungi. Sebelumnya beredar informasi mengenai dugaan data pasien Covid-19 diretas dan dijual di situs gelap.

"Setelah dilakukan asesmen dan evaluasi keamanan secara menyeluruh, PeduliLindungi aman dan tidak ada kebocoran data," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, dalam pesan singkat di Jakarta, Ahad (21/6).

Baca Juga

Menurut Johnny, hasil pemeriksaan tersebut tidak untuk dipublikasikan.

Kementerian Kominfo melibatkan Badan Siber dan Sandi Negara untuk menelusuri dugaan kebocoran data Covid-19 Indonesia. BSSN, seperti dinyatakan Menteri Johnny, juga menyatakan tidak ada data yang bocor.

"Keamanan data Covid-19 akan terus dijaga dan keamanan sistem juga terus ditingkatkan," kata Johnny.

Kominfo mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan "unethical hacking", meretas untuk mencuri data misalnya, karena merupakan pelanggaran hukum, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Menteri Johnny yakin jika kepolisian tidak akan mentoleransi kejahatan di ruang siber.

Sebelumnya, peretas menjual data Covid-19 Indonesia di situs pasar gelap RaidForums, dan mengaku mengantongi sejumlah data sensitif dari pasien Covid-19 di Indonesia.

Lewat fitur spoiler di situs tersebut, data yang diambil antara lain berupa nama, alamat tinggal, tanggal pelaporan, jenis kelamin, status pasien hingga riwayat keluhan penyakit. Peretas mengklaim data tersebut diambil saat pembobolan pada 20 Mei lalu, berjumlah 230 ribu data dalam format MySQL.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement