Ahad 21 Jun 2020 04:00 WIB

Studi: Respons Kekebalan Tubuh OTG Lemah terhadap Corona

Imunitas orang tanpa gejala (OTG) terhadap virus corona ternyata lebih lemah.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Orang tanpa gejala terpantau memiliki respons imunitas yang lebih lemah terhadap virus corona.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Orang tanpa gejala terpantau memiliki respons imunitas yang lebih lemah terhadap virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di China menemukan pasien Covid-19 yang tak memiliki gejala (OTG) memiliki respons kekebalan yang lebih lemah terhadap virus. Namun, penelitian yang diterbitkan di situs pra-cetak medRxiv ini belum melalui proses peer review.

"Data menunjukkan bahwa individu tanpa gejala memiliki respon kekebalan yang lebih lemah terhadap infeksi SARS-CoV-2," kata penulis utama Ai-Long Huang dari Chongqing Medical University diilansir laman Fox News.

Baca Juga

Para peneliti memeriksa sampel darah dari sebanyak 1.470 pasien Covid-19 di tiga rumah sakit di Wuhan, China yang merupakan pusat pandemi pertama. Mereka menentukan apakah pasien tersebut memiliki antibodi untuk virus corona.

Selain itu, mereka juga memeriksa darah dari sebanyak 3.832 penyedia layanan kesehatan yang tidak dites positif virus corona. Data tersebut juga diambil dari tiga rumah sakit di Wuhan.

Tim menemukan, 89 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki antibodi spesifik virus terhadap virus corona, dibandingkan dengan 4 persen pekerja layanan kesehatan dan populasi umum, dan 1 persen pasien non-Covid. Namun, penelitian ini juga mengungkapkan adanya kemampuan virus corona penyebab Covid-19 yang dapat menyebabkan kelainan paru.

Menurut Profesor Biologi Universitas Washington, Carl Bergstrom, kemampuan itu bahkan juga ditemukan pada pasien tanpa gejala. Berdasarkan penelitian yang dikutip para ilmuwan, antibodi biasanya terdeteksi sekitar tujuh hari setelah seseorang terinfeksi. Sementara, antibodi spesifik virus itu akan lebih lama keluar, yaitu dua pekan.

Para peneliti mengetes antibodi para peserta pada 29 Februari hingga 29 April. Menurut para ilmuwan, 10 persen pasien Covid-19 dalam penelitian yang tidak memiliki antibodi setelah 21 hari muncul gejala, mereka akan kehilangan virus itu setelah sembuh dari penyakit.

Menurut  profesor penyakit menular di Universitas Edinburgh Eleanor Riley,  yang tidak terlibat dalam penelitian ini, data tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang belum lama ini dilaporkan.

“Mereka menunjukkan, yang memiliki infeksi ringan atau tanpa gejala membuat respons antibodi yang kurang kuat terhadap SARS-CoV-2 dibandingkan dengan mereka yang memiliki penyakit yang lebih parah," kata Riley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement