REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah laporan baru-baru ini mengatakan bahwa kondisi perekonomian yang memburuk, sebagai dampak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19), dapat menghasilkan vaksin yang lebih lemah atau tak sesuai harapan. Bloomberg melaporkan, menurut Robi Shattock, seorang profesor di Imperial College London, vaksin awal untuk penyakit ini mungkin akan memiliki keterbatasan.
"Apakah memberikan perlindungan terhadap infeksi? Apakah memberikan perlindungan terhadap penyakit? Sangat mungkin vaksin yang hanya melindungi dari peyakit parah akan sangat berguna," ujar Shattock, dilansir Fox News, Selasa (16/6).
Menurut Shattock, vaksin yang memberi dampak pada penyakit bisa dipakai meski tidak berpengaruh pada infeksi. Namun, tentunya vaksin semacam ini hanya menyebabkan rasa puas sesaat di daerah-daerah yang putus asa karena telah melakukan berbagai cara untuk mengendalikan penyebaran virus, seperti dengan lockdwon.
"Dugaanku adalah sehari setelah seseorang diimunisasi, mereka akan berpikir bisa kembali normal, Semuanya akan baik-baik saja dan tak perlu menyadari bahwa masih rentan terhadap infeksi," ujar Michael Kinch, associate vice chancellor Washington University.
Laporan Bloomberg tersebut mencatat, kalaupun nantinya ada, hanya sedikit vaksin yang 100 persen efektif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 9 Juni lalu menyebut ada 136 vaksin yang diajukan dan 10 diantaranya dikategorikan masuk dalam tahap evaluasi klinis.
Food and Drug Administration Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan penggunaan vaksin sebagai pencegahan keparahan penyakit jika data mendukungnya. Juru bicara badan tersebut Michael Felberbaum mengatakan, terkait lisensi, vaksin tidak akan diperlukan untuk melindungi dari infeksi.
Laporan Moderna Inc pada 11 Juni lalu mengatakan perusahaan farmasi itu menargetkan uji coba tahap akhir vaksin adalah untuk pencegahan Covid-19 yang bergejala. Ini adalah titik utama, termasuk pencegahan infeksi dan penyakit dalam kondisi parah.
"Tidak akan ada vaksin yang benar-benar sempurna, namun bisa jadi akan ada tindak lanjut pada vaksin yang tidak sempurna tersebut," jelas Kinch.