Sabtu 30 May 2020 19:36 WIB

Perusahaan Tambang Hancurkan Situs Aborigin Tertua

Situs suku Aborigin berusia 46 ribu tahun diratakan oleh Rio Tinto.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Situs tertua suku Aborigin yang kini diratakan oleh Rio Tinto.
Foto: pkpp
Situs tertua suku Aborigin yang kini diratakan oleh Rio Tinto.

REPUBLIKA.CO.ID, PILBARA --  Perusahaan pertambangan Rio Tinto menghancurkan situs arkeologi penting di Juukan George. Situs itu sangat penting bagi penduduk asli Australia yakni suku Aborigin.

Penghancuran itu dilakukan untuk memperluas tambang bijih besi Brockman 4. Rio Tinto diizinkan untuk meratakan situs berdasarkan hukum negara, yakni  persetujuan menteri pada 2013 berdasarkan Bagian 18 dari Aboriginal Heritage Act Australia.

Baca Juga

Seperti dilansir dari Gizmodo, Sabtu (30/5), tempat perlindungan batu Juukan 1 dan Juukan 2 di wilayah Pilbara Australia Barat dihancurkan oleh ledakan tambang pada Ahad (24/5). Tempat itu digunakan oleh penduduk asli Australia (suku Aborigin) lebih dari 46 ribu tahun yang lalu. Tempat batu tersebut menjadi salah satu warisan tertua di Australia.

“Ini adalah salah satu yang paling awal, jika bukan yang paling awal, situs di dataran tinggi Pilbara dan merupakan bagian dari lanskap kaya tempat di daerah yang belum dipelajari secara mendalam,” kata Ketua Komite Tanah Puutu Kunti Kurrama and Pinikura (PKPP) John Ashburton dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan ada beberapa situs Aborigin yang dikenal di Australia. Situs tua itu, kata dia, adalah satu lokasi yang paling awal  ditempati oleh penduduk Aborigin. Tidak hanya di Dataran Tinggi Kamersley barat, tetapi juga di Pilbara dan secara nasional.

"Arti pentingnya tidak bisa diremehkan,” ujarnya lagi.

Terlepas dari temuan baru-baru ini dan dipersenjatai dengan izin yang disetujui negara, Rio Tinto tetap melanjutkan ledakan yang dijadwalkan. Ini sangat mengecewakan orang-orang PKKP.

“Orang-orang kami sangat sedih dan sedih dengan penghancuran tempat-tempat berlindung batu ini, serta berduka karena kehilangan hubungan dengan leluhur kami, juga tanah kami,” kata Ashburton.

Profesor hukum di Deakin University, Samantha Hepburn mengatakan tempat perlindungan batu Juukan adalah satu-satunya situs pedalaman Australia yang mendokumentasikan aktivitas manusia hingga Zaman Es terakhir. Menurutnya, warisan budaya Aborigin adalah bagian mendasar dari kehidupan komunitas Aborigin dan identitas budaya.

Ini memiliki signifikansi global dan membentuk komponen penting dari warisan semua warga Australia. Tetapi penghancuran situs Aborigin tersebut dilakukan sesuai hukum.

“Kegagalan untuk menempatkan perlindungan peraturan yang tepat waktu dan memadai di tempat mengungkapkan pengabaian dan rasa tidak hormat untuk situs-situs Aborigin yang sakral,” ujar Hepburn.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah insiden perusakaan itu, Rio Tinto tidak mengungkapkan perasaan sedih atau penyesalan.

“Rio Tinto telah bekerja secara konstruktif bersama-sama dengan orang-orang PKKP dalam berbagai masalah warisan berdasarkan perjanjian dan telah, di mana praktis, memodifikasi operasinya untuk menghindari dampak warisan, serta melindungi tempat-tempat yang memiliki makna budaya bagi kelompok itu,” kata juru bicara perusahaan kepada AFP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement