Kamis 28 May 2020 16:01 WIB

Thailand Uji Coba Vaksin Corona pada Monyet

Vaksin yang dikembangkan Thailand diharapkan siap pada 2021.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin (ilustrasi). Thailand menguji coba kandidat vaksin corona buatannya pada monyet.
Foto: gizmodo.com
Vaksin (ilustrasi). Thailand menguji coba kandidat vaksin corona buatannya pada monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand tengah bersaing secara global menjadi penyedia alternatif vaksin corona dengan harga yang lebih murah. Negeri gajah putih itu sedang melakukan tes vaksin corona pada monyet yang diharapkan siap pada 2021.

Direktur Pusat Penelitian Primata Nasional Thailand, Suchinda Malaivitjitnond, mengawasi suntikan vaksin untuk kelompok awal sejumlah 13 monyet. Dia berekspektasi vaksin buatan Thailand bisa lebih terjangkau dari buatan Eropa atau Amerika.

Baca Juga

Fase pengujian pada monyet tersebut merupakan lanjutan setelah keberhasilan percobaan vaksin pada tikus. Thailand bekerja sama dengan Pennsylvania University di AS, menggunakan teknologi baru berbasis materi genetik mRNA.

Prosesnya mencakup suntikan sekuens pendek materi genetik virus untuk memicu respons kekebalan dengan memproduksi protein yang bertindak melawan virus. Dua perusahaan lain, Pfizer dan Moderna yang berbasis di AS, juga menggunakan teknologi sama.

Ketua Pusat Penelitian Vaksin Chula di Universitas Chulalongkorn, Kiat Ruxrungtham, mengatakan jika uji itu berhasil, tes pada manusia akan dimulai Oktober mendatang. Dia berharap tes mereka berhasil guna membantu banyak orang.

"Impian kami adalah agar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak harus menjadi pembeli seumur hidup," ujarnya.

Thailand adalah negara pertama setelah China yang mendeteksi infeksi pada pertengahan Januari silam. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 100 kandidat vaksin di seluruh dunia yang saat ini dikembangkan dalam berbagai tahap perkembangan. Setidaknya delapan di antaranya menjalankan uji klinis dengan manusia.

Peneliti dari Universitas Oxford dianggap sebagai pelopor dalam kompetisi tersebut. Bulan lalu, periset itu memulai uji klinis pada versi yang didasarkan dengan virus berbeda yang menyebabkan infeksi pada simpanse, dikutip dari laman Health24.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement