Rabu 20 May 2020 17:21 WIB

Kecerdasan Buatan Bantu Lawan Covid-19 di Amerika Latin

AI dipakai untuk memverifikasi pengemudi mobil di Amerika Latin.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kecerdasan buatan/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Kecerdasan buatan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Perusahaan platform transportasi seluler terkemuka asal China, Didi Chuxing mengatakan akan mulai menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). AI digunakan untuk memverifikasi pengemudi yang berada di pasar Amerika Latin menggunakan masker dan mobil yang telah melalui proses disinfeksi setiap saat untuk keamanan di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).

Perusahaan yang berada di delapan negara itu pertama kali memperkenalkan penggunaan teknologi AI di China sejak Januari. Saat itu, Negeri Tirai Bambu sedang menerapkan langkah-langkah ketat guna menghentikan penyebaran virus corona jenis baru, setelah pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei pada Desember 2019.

Baca Juga

Teknologi diperluas oleh Didi Chuxing, dengan membuat para pengemudi transportasi di negara-negara Amerika Latin perlu mengambil foto yang menunjukkan bahwa mereka mengenakan masker untuk lolos verifikasi AI mulai pada 22 Mei mendatang. Kemudian pada Juni mendatang, mereka juga harus melaporkan suhu tubuh melalui aplikasi di ponsel dan mengunggah foto-foto proses disinfeksi kendaraan dilakukan per hari.

Pengemudi yang gagal mengikuti persyaratan keselamatan sesuai yang ditentukan perusahaan tidak akan diizinkan untuk beroperasi. Sementara, penumpang juga akan diminta untuk mengenakan masker saat menaiki transportasi yang disediakan Didi Chuxing.

Baik penumpang, maupun pengemudi dapat membatalkan perjalanan jika merasa tidak aman atas kondisi kebersihan selama menggunajan jasa transportasi Didi Chuxing. Selain Amerika Latin, perusahaan yang menaawarkan berbagai pilihan mobilitas berbasis seluler itu akan meluncurkan teknologi AI ke sebagian pasar negara lainnya, seperti  Australia dan Jepang.

Selama pandemi COVID-19 dan banyak negara menerapkan aturan pembatasan ketat yang membuat orang-orang harus berada di rumah bisnis transportasi menjadi salah satu yang sangat terdampak. Seperti Uber Technologies Inc yang melaporkan penurunan jumlah hingga dua digit pemesanan perjalanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement