REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antropolog dari University of Kent berhasil mengidentifikasi pola penggunaan tangan pada sejumlah jenis manusia purba. Terdapat kesamaan dengan manusia modern dalam soal penggunaan tangan.
Secara luas, nenek moyang manusia purba diyakini menggunakan tangan mereka untuk bergerak di pepohonan, serupa dengan primata yang ada sekarang. Sedangkan tangan manusia modern telah berevolusi untuk bisa mencengkeram secara presisi. Terjadi evolusi dalam pemanfaatan tangan.
Namun penelitian dipimpin oleh Christopher Dunmore, Matthew Skinner dan Tracy Kivell dari Kent's School of Anthropology and Conservation ini menemukan berbeda. Studi itu menemukan kerabat manusia purba menggunakan tangan untuk dua tujuan sekaligus, yakni memanjat dan memanipulasi sesuatu layaknya manusia modern.
Temuan itu merupakan buah analisis terhadap struktur tulang internal buku jari dan sendi ibu jari beberapa spesies fosil dari Afrika Selatan, Afrika timur, dan Eropa. Di antaranya adalah spesies Australopithecus sediba, Australopithecus africanus, Australopithecus afarensis, Homo neanderthalensis dan Homo sapiens berusia antara 12 ribu dan tiga juta tahun.
Mereka mendapati, buku-buku pada jari Australopithecus sediba memiliki struktur trabekular internal yang konsisten dengan cengkeraman cabang atau digunakan untuk memanjat. Sedangkan sendi ibu jarinya serupa dengan manusia modern yang berfungsi untuk memanipulasi sesuatu.
Tapi, kombinasi unik itu tak ditemukan pada spesies lain. Tangan spesies lain diyakini memang digunakan mirip kera. Temuan ini mendukung gagasan bahwa terjadi transisi penggunaan dua kaki secara bertahap pada spesies lain.
Dr. Dunmore mengatakan, struktur tulang internal dibentuk oleh perilaku yang sering terjadi selama hidup. Oleh karena itu, temuannya bisa digunakan untuk penelitian lebih lanjut manusia purba terkait penggunaan dan produksi alat batu.
Professor Kivell mengaku bersemangat melihat pola penggunaan tangan khusus pada Australopithecus sediba lantaran sangat berbeda dengan spesies lainnya.
"Rekaman fosil mengungkapkan semakin banyak keanekaragaman dalam cara nenek moyang kita bergerak, dan berinteraksi dengan, lingkungan mereka. Kisah evolusi manusia bahkan lebih kompleks dan menarik daripada yang kita pikirkan sebelumnya," ungkapnya sebagaimana dilansir PHYS.org, Selasa (19/5).