Jumat 15 May 2020 23:15 WIB

Ilmuwan Ungkap Rahasia Bulu Mengkilap Burung Kasuari

Burung kasuari digambarkan seperti 'dinosaurus high-fashion'.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Seekor Burung Kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) berkeliaran di kawasan Sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (23/1/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Seekor Burung Kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus) berkeliaran di kawasan Sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (23/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Burung kasuari disebut burung paling berbahaya di dunia. Kaki tengahnya yang seperti belati panjang disebut-sebut bertanggung jawab atas kematian seorang pria di Florida tahun lalu.

Tapi apa yang menarik perhatian para ilmuwan tentang kasuari? Burung besar yang tidak bisa terbang, adalah penampilannya yang khas. Dengan tubuh berbulu berwarna hitam, leher biru, pirus, dan magenta serta kasing bertanduk, burung ini digambarkan seperti 'dinosaurus high-fashion'.

Baca Juga

"Tingginya sedikit lebih dari satu meter. Cukup berat. Tulang mereka padat. Mereka pasti dapat menyebabkan kerusakan," kata Chad Eliason, ilmuwan staf dan rekan postdoctoral di Field Museum di Chicago, dilansir di CNN, Kamis (14/5).

Ia juga merupakan penulis makalah baru tentang  burung raksasa yang diterbitkan Rabu (13/5) di jurnal Science Advances. "Ada banyak cerita tentang tendangan berbahaya dengan cakar mereka. Mereka membantu Anda untuk menyadari burung terkait dengan dinosaurus," tambahnya.

Setiap kaki dengan tiga jari memiliki cakar yang panjangnya bisa mencapai 10 sentimeter, memungkinkannya untuk melukai predator dengan satu tendangan. Burung ini juga dapat berlari hingga 31 mil per jam melalui hutan lebat dan melompat hingga 2 meter.

Penelitian baru pada bulu yang diambil dari burung yang mati mengungkapkan apa yang membuat bulu hitam kasuari bersinar mengkilap.

"Memahami atribut dasar seperti bagaimana warna dihasilkan, adalah sesuatu yang sering kita terima begitu saja pada hewan hidup," kata ahli paleontologi Julia Clarke, profesor di Sekolah Jackson Geosains di University of Texas di Austin dan penulis senior makalah itu.

Tidak seperti burung-burung mengkilap lainnya, seperti kolibri atau burung gagak, kilau kasuari dihasilkan oleh rachis, atau tulang belakang bulu. Bukan barbul, atau filamen kecil yang menempel di bulu.

Karena barbul berbulu halus pada bulu kasuari sangat jarang, rachis mendapat lebih banyak paparan cahaya daripada pada burung 'berbulu tebal', ini memberikan kesempatan untuk benar-benar bersinar.

"Kilau berada di bagian yang sama sekali berbeda (dibandingkan dengan burung lain)," jelas Eliason.

Tiga spesies kasuari berasal dari bagian utara Queensland, Australia dan Papua.  Mereka hidup dari buah.

Studi ini menunjukkan bahwa mekanisme unik pembuatan kasuari akan berevolusi secara bertahap dari waktu ke waktu. Burung leluhur kehilangan barbulnya dan kasuari mengembangkan poros bulu pusat yang lebih tebal.

Eliason menduga bahwa ketidakberadaan terbang mungkin memberi ruang evolusi lebih banyak pada kasuari untuk mengembangkan bulu-bulunya yang berbentuk aneh.

Menurut Eliason, perlu bisa terbang adalah kekuatan stabilisasi yang sangat kuat pada bentuk sayap. "Kehilangan batasan itu, yang perlu terbang, mungkin menghasilkan morfologi bulu baru yang menghasilkan kilap dengan cara yang mungkin tidak dimiliki burung terbang," kata Eliason.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement