Sabtu 09 May 2020 20:00 WIB

Mengapa Virus Corona Bisa Ada di Air Mani?

Peneliti China menemukan virus corona ada dalam sampel sperma pasien Covid-19.

Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Peneliti di China menemukan adanya virus corona dalam sampel air mani enam pasien Covid-19.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Peneliti di China menemukan adanya virus corona dalam sampel air mani enam pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dan ahli bidang reproduksi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufiq P Nugraha mengatakan virus memang bisa ditemukan di sperma atau air mani. Penjelasannya itu merujuk temuan peneliti China yang mendapati adanya virus corona tipe baru dalam sampel sperma pasien Covid-19.

"Memang bukan hal yang aneh pada suatu infeksi virus yang bersifat viremia, virus dapat ditemukan di air mani," kata Taufiq kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

Baca Juga

Viremia adalah masa di mana virus masuk ke peredaran darah. Taufiq menuturkan, ada suatu artikel review yang menemukan kurang lebih 27 jenis virus yang pernah ditemukan di air mani, seperti penyakit Zika atau Ebola.

Menurut Taufiq, memang pada saat infeksi berat dan terjadi viremia, virus bisa menembus blood-testis barrier dan akhirnya ditemukan dalam air mani. Menanggapi penelitian ilmuwan China yang menemukan minoritas pasien memiliki virus SARS-CoV-2 dalam air mani, Taufiq menuturkan kajian dan penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Penelitian ilmuwan China itu dilakukan pada 38 laki-laki terinfeksi Covid-19 yang dirawat di rumah sakit kota Shangqiu di China. Dari situ, peneliti menemukan adanya virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di sperma enam orang pasien.

"Kalau melihat temuan ini menunjukkan bisa terjadi, tapi kalau viremia biasanya sudah infeksi berat karena virus sudah ke mana-mana," tuturnya.

Taufiq menjelaskan, hasil temuan itu masih harus dicermati lebih lanjut. Ia mencermati, sepertinya itu masih tahap awal.

Untuk saat ini, menurut Taufiq, Covid-19 diketahui sebagai penyakit pernapasan (respiratory disease). Tim peneliti asal China pun mengakui bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat apakah penularan seksual mungkin berperan selama pandemi penyakit infeksi virus ini.

"Tetapi, jika menyangkut penyebaran penyakit, ada beberapa faktor yang harus dikaji untuk menjawab pertanyaan berikut: apakah virus yang dideteksi di semen tersebut masih aktif, apakah virus ini masih viable atau bisa menginfeksi, berapa banyak konsentrasinya, dan berapa lama virus bisa bertahan di semen," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement