Kamis 23 Apr 2020 13:02 WIB

Studi: Obat Kutu Rambut Bisa Bunuh Virus Corona dalam 48 Jam

Obat antiparasit yang biasa dipakai untuk membasmi kutu rambut itu adalah Ivermectin.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Kutu rambut. Ilmuwan asal Australia menemukan obat antiparasit yang selama ini dipakai untuk membasmi kutu rambut tampak mampu membunuh virus corona tipe baru. Namun, keamanannya belum teruji secara klinis untuk tatalaksana Covid-19.
Foto: ist
Kutu rambut. Ilmuwan asal Australia menemukan obat antiparasit yang selama ini dipakai untuk membasmi kutu rambut tampak mampu membunuh virus corona tipe baru. Namun, keamanannya belum teruji secara klinis untuk tatalaksana Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah makalah studi yang belum lama ini diterbitkan dalam jurnal Antiviral Research menunjukkan bahwa obat antiparasit Ivermectin mampu membasmi virus corona tipe baru dalam tempo 48 jam. Temuan tersebut dirilis oleh para peneliti dari Victorian Infectious Disease Reference Labiratory (VIDRL) ​​dan Universitas Monash, di Melbourne, Australia.

Selama ini, Ivermectin digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan parasit, seperti kutu rambut dan kudis. Penelitian sebelumnya telah menyebutkan, Ivermectin mungkin juga dapat melawan beberapa virus termasuk HIV-1 dan virus dengue.

Baca Juga

Melalui percobaan kultur sel di laboratorium, ilmuwan di balik penelitian ini menunjukkan bahwa obat tersebut dapat memerangi sindrom pernapasan akut yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Para peneliti menginfeksi kultur sel dengan isolat virus corona penyebab Covid-19, kemudian mengobatinya dengan 5 mikromol Ivermectin.

"Hasilnya, dosis tunggal ini dapat menghapus semua viral RNA dengan waktu 48 jam dan bahkan pada 24 jam. Ada pengurangan yang sangat signifikan dalam hal itu," kata peneliti utama studi tersebut, Kylie Wagstaff, seperti dilansir Medical News Today.

Temuan ini tampaknya menjanjikan. Namun, para peneliti mengingatkan, mereka belum mengetahui kelayakan pengobatan ini untuk manusia sampai ada uji klinis yang mengonfirmasi manfaatnya.

"Ivermectin sangat banyak digunakan dan dipandang sebagai obat yang aman. Kami perlu mencari tahu, apakah dengan dosis yang tepat obat ini akan efektif digunakan pada manusia," ujar Wagstaff.

Mengapa Wagstaff dan tim memutuskan untuk mencari obat yang sudah ada daripada mengembangkan yang baru? Alasannya, jika penelitian mengonfirmasi bahwa obat yang sudah ada dapat memerangi SARS-CoV-2, ketersediaan obat sudah dipastikan ada di seluruh dunia dan sudah ada fakta obat tersebut telah menjalani tes serta uji coba.

"Ketika kita menghadapi pandemi global dan tidak ada pengobatan yang pas, lalu kita memiliki senyawa yang sudah tersedia di seluruh dunia, hal itu dapat membantu penyembuhan semua orang lebih cepat," kata Wagstaff.

Para peneliti belum sepenuhnya memahami bagaimana Ivermectin dapat memerangi SARS-CoV-2. Namun, berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, tim berhipotesis bahwa obat ini dapat menghentikan virus ketika virus itu hendak mengganggu kemampuan sel inang untuk bertahan.

Seorang ilmuwan medis senior VIDRL dan penulis pertama studi tersebut, Leon Caly, menyatakan antusiasmenya tentang penemuan yang didapat bersama rekan-rekannya ini.

"Sebagai ahli virologi yang merupakan bagian dari tim yang pertama kali mengisolasi dan berbagi SARS-CoV-2 di luar China, pada Januari 2020, saya senang tentang prospek Ivermectin sebagai obat potensial melawan Covid-19," ujar Caly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement