REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berdasarkan publikasi ilmiah Nature, tren global penyakit menular baru sekitar 70 persen berasal dari satwa liar. Hal ini disampaikan Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia Matthew Burton.
"Kemudian 60 persen penyakit menular baru berasal dari hewan," kata Burton terkait peringatan Hari Bumi ke-50 melalui konferensi video di Jakarta, Rabu.
Sebagai contoh virus corona berasal dari hewan dan bisa menular ke manusia. Sebagian besar virus tersebut menginfeksi hewan tetapi beberapa virus telah menyebar ke manusia dan menyebabkan wabah di antaranya SARS atau MERS.
Matthew mengatakan dalam waktu 50 tahun terakhir, dunia telah kehilangan sekitar 60 persen satwa liar. Sementara itu jumlah penyakit menular baru meningkat empat kali lipat dalam 60 tahun terakhir. "Jadi ini bukan kebetulan kalau kerusakan ekosistem berkaitan erat dengan jumlah penyakit menular," ujarnya.
Ekosistem yang baik dan utuh akan memberikan perlindungan kepada manusia. Penyakit baru sering kali disebabkan oleh kerusakan lingkungan dan perubahan aktivitas manusia.
Sebagai contoh lagi, ujar dia, wabah Ebola dimana kebiasaan masyarakat berburu dan memanfaatan beberapa spesies kelelawar yang membawa virus.
Contoh lain ada diBenua Amerika tepatnya di kawasan Amazon. Deforestasi menyebabkan kasus malaria menjadi naik. Hutan yang awalnya hijau menjadi gundul sehingga menjadi habitat ideal bagi nyamuk berkembang biak.
"Hasil penelitian tahun ini, deforestasi di Uganda menyebabkan timbulnya penyakit menular yang disebabkan satwa liar karena aktivitas manusia," ujar Burton.
Ia menambahkan hingga saat ini Covid-19 telah menyebabkan 2,1 juta jiwa terinfeksi. Selain itu lebih dari 140 ribu jiwa meninggal dunia dengan kerugian ekonomi mencapai triliun dolar akibat penyakit zoonosis tersebut.