REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pekerja gudang raksasa niaga elektronik, Amazon, kembali mengajukan protes terhadap pimpinan perusahaan. Protes dilakukan terkait minimnya perlindungan bagi pegawai.
Pegawai Amazon di gudang Staten Island, menuntut agar fasilitas itu ditutup. Pasalnya, sebelumnya gudang dibersihkan oleh seorang staf yang dinyatakan positif Covid-19 pada 30 Maret 2020 di New York.
Menurut United for Respect, sebuah kelompok hak-hak pekerja, dilansir Fox News, Selasa (21/4), lebih dari 300 pekerja dari sekitar 50 fasilitas akan melewati jadwal shift mereka untuk aksi protes. Untuk berpartisipasi dalam mogok massal ini, para pekerja akan berhenti bekerja “secara massal di seluruh negeri” mulai besok dan sepanjang pekan.
Protes berlangsung beberapa hari karena pekerja dijadwalkan untuk datang ada hari yang berbeda dan waktu yang berbeda. Para pekerja meminta Amazon untuk "segera menutup" setiap fasilitas yang melaporkan kasus positif Covid-19.
Selain itu, perusahaan perlu memberikan pengujian serta membayar gaji dua pekan pada pekerja. Pegawai juga meminta Amazon untuk memberlakuka cuti sakit berbayar, menjamin perawatan kesehatan untuk semua rekan Amazon, dan tuntutan lainnya.
Protes menandai upaya nasional pertama oleh pekerja gudang untuk menuntut perlindungan keselamatan virus, setelah pekerja melakukan pemogokan di fasilitas Amazon di Staten Island, New York Detroit dan Illinois dalam beberapa pekan terakhir. Panggilan mereka juga memicu tindakan dari beberapa karyawan perusahaan Amazon, yang menjadi tuan rumah "virtual sick out" pada 24 April untuk menuntut perusahaan mengembalikan pekerja yang dipecat dan memprotes perlakuannya terhadap pekerja gudang.
Praktik perburuhan perusahaan mendapat kecaman lebih lanjut setelah Amazon memecat seorang pekerja gudang di Staten Island yang mengorganisir pemogokan untuk menuntut perlindungan yang lebih besar bagi karyawan. Chris Smalls, asisten manajemen di fasilitas itu, mengatakan dia dipecat karena mengatur pemogokan.
Namun, Amazon mengklaim memecat Smalls karena dia melanggar aturan jarak sosial sementara dia seharusnya di bawah karantina setelah tertular daru rekan kerja yang dites positif corona. Pihak Amazon menolak mengomentari rencana pemogokan untuk pekan ini.
Sebelumnya perusahaan telah mengabaikan pemogokan dengan mengkalim hanya sebagian kecil pekerja yang protes dan tidak ada gangguan pada operasi. Seorang juru bicara dari Amazon sebelumnya menyoroti sejumlah langkah yang telah diambil perusahaan untuk melindungi pekerja gudang selama pandemi.
Amazon meningkatkan frekuensi dan intensitas pembersihan dan mengharuskan karyawan membersihkan wilayah kerja mereka di awal dan akhir shift. Perusahaan juga memberlakukan ukur suhu karyawan ketika mereka melaporkan untuk bekerja dan telah membagikan masker wajah.
Meskipun demikian, pekerja gudang mengatakan Amazon tidak melakukan cukup banyak upaya untuk melindungi mereka. Monica Moody, seorang buruh di fasilitas Amazon di Charlotte, North Carolina, mengatakan, itu adalah salah satu alasan mengapa ia berencana untuk berpartisipasi dalam pengajuan mogok kerja.
"Saya hanya ingin perawatan yang lebih baik," kata Moody, saya akan merasa jauh lebih aman jika mereka hanya menutup fasilitas selama dua pekan dan membersihkannya. Saya akan kembali bekerja, tidak masalah,” ujarnya.