Kamis 16 Apr 2020 15:53 WIB

Ilmuwan Temukan Planet Terbaru Mirip dengan Bumi

Planet Kepler-1649c memiliki orbit 19,5 hari di Bumi.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi planet Kepler-1649c.
Foto: nasa
Ilustrasi planet Kepler-1649c.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pesawat ruang angkasa Kepler milik NASA atau Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) memang sudah tidak ada sejak November 2018, namun penemuan-penemuan yang pernah terjadi terus bergulir untuk diteliti. Para ilmuwan menganalisis data yang dikumpulkan, salah satunya adalah sebuah permata tersembunyi: planet seukuran Bumi.

Tak hanya memiliki ukuran yang sama dengan planet manusia, planet yang ditemukan oleh Kepler itu diyakini layak huni, mampu mendukung kehidupan seperti di Bumi. Planet ekstrasurya (eksoplanet) ini dinamakan dengan  Kepler-1649c, melingkari bintang red dwarfs yang berjarak 300 tahun cahaya dari Bumi.

Baca Juga

Kepler-1649c menyelesaikan satu orbit setiap 19,5 hari Bumi, menempatkan planet alien itu di 'zona layak huni' bintang inangnya. Waktu orbit ini merupakan rentang jarak yang tepat di mana air cair bisa ada di permukaan dunia (karena  red dwarfs  sangat redup, zona tempat tinggal mereka cukup dekat). Planet itu begitu menarik, memberi harapan pada manusia sebagai Bumi kedua.

“Dunia yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa bumi kedua terletak di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan," ujar Thomas Zurbuchen, associate administrator dari Direktorat Misi Sains NASA, dalam sebuah pernyataan dilansir Space, Kamis (16/4).

Kepler member planet menggunakan metode transit, memantau bintang-bintang dan penurunan tingkat kecerahan mereka yang disebabkan perlintasan planet dari perspektif pesawat ruang angkasa. Kepler melakukan ini dalam dua fase: pada misi utamanya, yang berlangsung hingga 2013, dan selama misi panjang yang disebut K2, yang berakhir 17 bulan lalu ketika pesawat ruang angkasa kehabisan bahan bakar.

Kedua misi ini sangat sukses. Kepler dapat melihat sekitar dua pertiga dari 4.100 eksoplanet dikonfirmasi yang telah ditemukan para astronom hingga saat ini. Pengamatan pesawat ruang angkasa menunjukkan bahwa 20-25 persen dari 200 miliar bintang di galaksi Bima Sakti menampung dunia berbatu di zona layak huni.

Dataset besar Kepler akan membuat astronom sibuk selama bertahun-tahun. Beberapa dari pekerjaan ini melibatkan pengecekan ganda, mencoba menggali planet-planet yang bonafid yang telah disalahgunakan oleh perangkat lunak pemeriksaan sebelumnya sebagai kesalahan positif.

Terdapat banyak kesalahan positif dalam data Kepler, karena banyak hal selain planet yang mengorbit dapat menyebabkan penurunan kecerahan bintang. Sebagai contoh, banyak bintang ada dalam sistem biner, dan Kepler biasanya melihat gerhana bintang satu oleh binernya.

Kepler-1649c hanya 1,06 kali ukuran Bumi dan mendapat 75 persen dari masuknya energi bintang yang didapat planet kita dari matahari. Kombinasi karakteristik ini membuat dunia yang baru ditemukan ini sungguh istimewa. Ada eksoplanet lain yang diperkirakan lebih dekat ke Bumi dalam ukuran, seperti TRAPPIST-1f dan dengan beberapa perhitungan, Teegarden c.

"Yang lain mungkin lebih dekat ke Bumi dalam suhu, seperti TRAPPIST-1d dan TOI 700d. Tetapi tidak ada planet ekstrasurya lain yang dianggap lebih dekat dengan Bumi dalam kedua nilai ini yang juga terletak di zona layak huni sistemnya,” tulis pernyataan NASA.

Kepler-1649c memiliki planet tetangga, Kepler-1649b, yang mengorbit red dwarfs sekitar setengah jarak dan karenanya mungkin terlalu panas untuk mendukung kehidupan seperti yang kita kenal. Sementara itu, prospek kelayakhunian Kepler-1649c yang sebenarnya sulit diukur.

Astronom belum mengetahui tentang atmosfer, komposisi, serta ketebalan yang sangat terikat dengan suhu dan kemampuannya mempertahankan air permukaan dalam fase cair. Selain itu, red dwarfs sering mengeluarkan suar yang kuat, sehingga planet-planet di zona layak huni mereka mungkin mendapatkan atmosfer mereka dilepas dengan relatif cepat.

Tetapi, red dwarfs sangat umum, membentuk sekitar 70 persen dari populasi bintang Bima Sakti. Jadi mudah, dan cukup menggoda, untuk membayangkan bahwa kondisi yang kondusif bagi kehidupan mirip Bumi telah muncul setidaknya di beberapa dunia inangnya.

"Semakin banyak data yang kita dapatkan, semakin banyak tanda yang kita lihat menunjuk pada gagasan bahwa planet ekstrasurya yang dapat dihuni dan berukuran Bumi adalah umum di sekitar bintang-bintang semacam ini," kata pemimpin penelitian Andrew Vanderburg, seorang peneliti di University of Texas di Austin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement