REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan mengembangkan primer untuk uji polymerase chain reaction (PCR) atau reaksi berantai polimerase dalam mendeteksi Covid-19. Saat ini, primer masih diimpor dari luar negeri sementara semua negara yang terpapar Covid-19 utamanya membutuhkan dalam jumlah yang sangat besar untuk uji PCR.
"Untuk primer, kami masih harus melakukan persiapan dengan DNA synthesizer yang di Indonesia baru ada di LIPI," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko kepada Antara, Jakarta, Selasa.
Mengingat DNA synthesizer tersebut difokuskan untuk riset, maka pihak LIPI akan memastikan akurasi cukup baik untuk pembuatan primer untuk tujuan diagnostik. DNA synthesizer adalah alat untuk membuat primer.
Tri menjelaskan, primer adalah fragmen DNA untai pendek. Primer berfungsi sebagai pemula dalam proses amplifikasi atau perbanyakan gen dengan alat PCR. Jika tidak ada primer, gen tidak dapat diperbanyak.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti mengatakan, pihaknya sedang melakukan optimasi alat pembuat primer agar bisa segera difungsikan untuk membuat primer. Dia menuturkan, primer ditargetkan berhasil dibuat dalam beberapa bulan ke depan.
"Ada satu alat yang masih menunggu lagi perlu waktu dua minggu lagi, kami harus optimasi," ujarnya.
Puspita menuturkan, pihaknya juga akan melakukan penelitian untuk mengetahui urutan basa dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Dengan diketahuinya urutan basa itu, maka diketahui pula informasi genetika virus itu dan informasi itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan vaksin dan obat.
Sejumlah inovasi yang telah dihasilkan LIPI yang berguna untuk penanganan Covid-19 antara lain airborne sterilizer yang mampu mengeluarkan nano ozon yang dapat menangkap dan menghancurkan virus corona di udara, mobile bilik disinfeksi, alat sterilisasi virus corona untuk uang kertas dan logam, serta alat pelindung diri (APD) ramah lingkungan bagi tenaga kesehatan dalam mencegah Covid-19, yang mencakup jas lab, penutup kepala, dan masker.
LIPI saat ini juga sedang menguji beberapa tanaman herbal, jamu, maupun obat herbal terstandar yang potensial sebagai penguat sistem imun (immunomodulator) dan obat pencegah atau penghambat virus (antiviral) bagi Covid-19. Beberapa tanaman tersebut mencakup jahe merah, echinaceae, meniran, sambiloto, kayu surian, akar manis, rosella, biji anggur, bawang putih, teripang, serta tempe.