Senin 23 Mar 2020 12:01 WIB

Daun Jambu Air Bisa Dijadikan Sabun Antiseptik

Daun jambu mengandung senyawa aktif berupa saponin untuk membunuh bakteri.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Jambu air
Foto: deptan.go.id
Jambu air

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menjadi pandemik di seluruh dunia. Salah satu cara pencegahan penyebarannya dilakukan dengan melakukan cuci tangan memakai sabun untuk meminimalkan virus yang ada.

Banyak sabun cuci tangan yang mengandung antibakteri berupa senyawa-senyawa yang mampu membunuh bakteri. Senyawa itu diistilahkan germisida, antiseptik, bakteriostatik, bakterisida, atau desinfektan.

Baca Juga

Sekelompok mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengembangkan daun jambu air dengan nanopartikel perak untuk jadi sabun cuci tangan. Ada Laatifah (Fisika), Dian Saputra (Pendidikan Biologi) dan Ulfa Fitri Rohmatin (Kimia).

Laatifah mengatakan, mereka membuat sabun cair dari bahan ekstrak daun jambu air karena mengandung senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, alkaloid dan triterpenoid. Saponin memiliki manfaat sebagai pembersih atau antiseptik.

"Daun jambu air juga dikenal sebagai salah satu obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa infeksi akibat antigen berupa bakteri," kata Laatifah.

Dian menerangkan, nanopartikel perak umumnya digunakan karena salah satu sifatnya yang bertoksik rendah dan memiliki banyak manfaat. Ion perak bersifat netral dalam air, tahan asam, garam, dan berbasa lemah.

"Nanopartikel memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai pectrom, katalis, zat pelapis permukaan, dan antibakteri," ujar Dian.

Ulfa menjelaskan, pembuatan sabun cuci tangan dari daun jambu air memiliki beberapa tahap. Pertama pembuatan ekstrak daun jambu, sintesis nanopartikel perak dan pembuatan sabun.

Pembuatan ekstrak daun jambu air (Syzygium aqueum) dilakukan dengan metode maserasi atau menimbang 100 gram serbuk daun jambu air. Lalu, merendamnya memakai 500 mililiter methanol selama lima hari.

Saring larutan sampai didapat maserat dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 79 derajat celcius sampai didapat ekstrak kental. Lalu, sintesis nanopartikel perak, 0,5 gram bubuk AgNO3 dilarutkan dalam 500 ml aquades.

Ambil 10 mililiter larutan AgNO3 dan dipanaskan selama 10 menit, kemudian diangkat dan ditambahkan tiga tetes natrium sitrat satu persen ke larutan AgNO3. Larutan dipanaskan lagi sampai sampel berwarna kekuningan.

Pembuatan sabunnya sendiri dimulai dari penimbangan padatan KOH (Kalium Hidroksida) 50 gram, kemudian encerkan sampai 100 mililiter. Ambil 33 mililiter larutan KOH, panaskan pada suhu 75 derajat celcius selama 10 menit.

Panaskan 15 mililiter minyak VCO (Virgin Coconut Oil) pada suhu 75 derajat celcius selama lima menit dan didinginkan. Larutan KOH dan minyak VCO dicampur dan dipanaskan sambil diaduk pada suhu 75 derajat celcius sampai padat.

Kemudian, lima mililiter gliserin, 0,1 mililiter nanopartikel perak, dan 10 mililiter ekstrak ditambahkan. Campuran diaduk dan dipanaskan, ditambahkan aquades sampai volume akhir 100 mililiter.

Pembuatan sabun cuci tangan daun Syzigium aqueum memakai basa KOH, Gliserin dan minyak VCO. Pemilihan KOH sebagai bahan pembuatan sabun karena jika digunakan untuk sabun cuci tangan KOH lebih mudah larut dibanding NaOH.

Alasan penggunaan VCO sebagai bahan dasar pembuatan sabun karena VCO merupakan minyak yang paling kaya dengan kandungan asam lemak. Sifat ini membuat VCO menguntungkan kulit dibandingkan dengan minyak lainnya.

Lalu, warna VCO yang bening, jernih serta mudah larut dalam air. Penambahan gliserin pada sabun berfungsi sebagai pelembut, dan merupakan produk samping dari reaksi hidrolisis minyak nabati dan air untuk menghasilkan asam lemak.

"Gliserin merupakan humektan, dapat berfungsi sebagai pelembap kulit. Pada kondisi atmosfer sedang atau kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas," kata Ulfa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement