Senin 23 Mar 2020 11:32 WIB

Reruntuhan Kapal Era Perang Dingin Ditemukan di Lepas Pantai

Kapal selam USS Stickleback tenggelam pada tahun 1958.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kapal selam milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang tenggelam lebih dari 60 tahun lalu di dekat wilayah perairan Oahu, Hawaii.
Foto: kapal selam
Kapal selam milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang tenggelam lebih dari 60 tahun lalu di dekat wilayah perairan Oahu, Hawaii.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim penjelajah menemukan bangkai kapal selam milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang tenggelam lebih dari 60 tahun lalu di dekat wilayah perairan Oahu, Hawaii. Kapal selam ini bernama USS Stickleback yang berasal dari kelasa Balao dengan nomor hull (lambung) SS-415.

USS Stickleback diketahui tenggelam pada 28 Mei 1958, setelah terjadinya insiden tabrakan tak disengaja dengan kapal USS Silverstein. Kedua kapal miliki Angkatan Laut AS tersebut diketahui mengambil bagian dalam  latihan perang anti-kapal selam pada saat itu.

Baca Juga

Stickleback adalah bangkai kapal selam keenam yang ditemukan oleh Lost 52 Project, sebuah kelompok yang berbasis di New York. Mereka sedang berusaha menemukan 52 kapal selam AS yang hilang tenggelam selama Perang Dunia II. Termasuk juga keempat kapal selam AS yang tenggelam selama era Perang Dingin.

Menurut pendiri Proyek 52 Lost, Tim Taylor, bangkai Stickleback ditemukan berada di dasar laut di bawah sekitar 11.000 kaki (3.350 meter) air. Puing-puing itu berada di dekat lokasi tabrakan, sekitar 19 mil (30 kilometer) dari Barbers Point di Oahu, menurut Naval History and Heritage Command (NHHC) Angkatan Laut AS.

USS Stickleback dioperasikan pada 1945, menjelang Perang Dunia II berakhir. Kapal selam ini berpatroli di Laut Jepang hanya dalam beberapa hari, ketika gencata senjata dengan Jepang disepakati. Hingga pada Juni 1946, kapal di non-aktifkan dan berada di bawah Armada Cadangan Pasifik selama lima tahun.

Pada 1951, USS Stickleback diaktifkan kembali setelah dimulainya Perang Korea dan dari 1953 mulai ditempatkan di Pearl Harbor di Hawaii. Pada Mei 1958, kapal ini mengambil bagian dalam latihan perang angkatan laut di dekat Oahu.

Menurut NHHC, kapal selam baru saja menyelesaikan simulasi torpedo yang dijalankan pada USS Silverstein ketika tiba-tiba kehilangan daya dan tenggelam tak terkendali hingga kedalaman hampir 800 kaki (244 m). Awak dari Stickleback membuang udara tekan ke tangki pemberat kapal selam sampai kapal naik lagi dan menembus permukaan, tetapi hanya 200 yard (180 m) di depan Silverstein yang mendekat.

Silverstein mencoba menghindari Stickleback dengan membalikkan mesin dan setir ke kiri, tetapi pembuluh menabrak dan kapal selam menjadi berlubang di sisi kiri. Beruntung, seluruh kru Stickleback melarikan diri ke Silverstein dan kapal-kapal lain di dekatnya, dan semua selamat.

Kapal-kapal Angkatan Laut mencoba menjaga Stickleback di permukaan dengan melewati kabel di bawahnya. Sayangnya, kapal selam itu banjir dengan air dan tenggelam setelah beberapa jam.

Robert Neyland, kepala arkeologi bawah laut NHHC, mengatakan bahwa Lost 52 Project mengetahui lokasi umum tempat Stickleback tenggelam pada 1958, tetapi tim harus mencari di dasar laut sekitarnya untuk menemukan bangkai kapal.

"Kadang-kadang posisi itu tidak sepenuhnya akurat, terutama ketika sesuatu terjadi dengan cepat, orang dapat membuat kesalahan dengan angka," kata Neyland dilansir Live Science, Senin (23/3).

Pemindaian Sonar menunjukkan Stickleback sekarang pecah menjadi dua, dengan busur dan bagian buritannya tergeletak di dasar laut yang berjarak hampir 1.000 kaki (300 m). Pencarian bangkai kapal itu dilakukan pertama kali oleh kendaraan bawah air otonom (AUV), yang dilengkapi dengan peralatan sonar untuk memindai dasar laut.

Situs-situs target yang diungkapkan oleh AUV kemudian diselidiki dengan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh yang tertambat. Ini dapat mengirim kembali video langsung ke kapal pencarian di permukaan.

Neyland mengatakan video bawah air dan gambar 3D terperinci dari bangkai yang disusun dari beberapa foto menunjukkan bahwa bangkai kapal dalam kondisi baik, mungkin sebagai hasil dari kedalamannya yang luar biasa.

"Anda dapat membaca namanya, Anda dapat melihat nomor lambungnya, itu luar biasa. Anda tidak akan memiliki pelestarian seperti itu di air dangkal,"  kata Neyland.

Angkatan Laut AS tetap menjadi pemilik dan pengelola semua kapal perang dan pesawatnya yang karam. Beberapa bangkai kapal memerlukan pengelolaan lingkungan, atau bisa mengungkapkan rincian yang menjelaskan mengapa kapal itu tenggelam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement