REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memproduksi disinfektan dari cuka kayu dan bambu (asap cair). Disinfektan ini digunakan sebagai cairan pembasmi kuman penyakit untuk mencegah penyebaran virus corona.
Penelitian dan Pengembangan Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) juga akan memproduksi hand sanitizer atau cairan santisasi tangan dengan formula asap cair (cuka kayu), borneol, etanol, dan gliserol. Pemakaiannya telah diujicobakan untuk lingkungan kantor dan dibagikan kepada para pegawai di lingkungan perkantoran BLI Kampus Gunung Batu, Bogor.
"Hasil pengujian asap cair kayu dan bambu terhadap kuman dari eksperimen yang dilakukan, cukup hanya dengan satu persen sudah efektif," ujar Penelititi P3HH, BLI KLHK, Prof Gustan Pari dalam siaran pers, Sabtu (21/3).
Gustan menjelaskan, uji toksisitas asap cair kayu dan bambu sebagai disinfektan dilakukan bersama Ratih Damayanti dan tim. Riset ini menggunakan mikroorganisme bakteri yang terdapat pada telapak tangan dan udara di Laboratorium Mikrobiologi Hutan-Pusat Litbang Hutan, Bogor.
Hasilnya, asap cair kayu dan bambu dengan konsentrasi satu persen memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan etanol (alkohol) 70 perse, yang selama ini sering dijadikan bahan dasar disinfektan.
"Asap cair yang diproduksi BLI layak dijadikan sebagai desinfektan terutama di tengah kelangkaan produk desinfektan di pasaran. Ini akan segera diproduksi massal untuk dibagikan ke lingkungan masyarakat yang membutuhkan," kata Gustan.
Penyemprotan disinfektan yang dilakukan di seluruh ruangan kerja BLI lingkup Gunung Batu ini merupakan respon BLI menindaklanjuti Surat Edaran Menteri LHK Siti Nurbaya tentang pencegahan penyebaran Covid-19. Salah satu upaya pencegahan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, penyemprotan disinfektan pada sarana prasarana gedung maupun kantor.