REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan memiliki 7.513 kasus Covid-19 dan 54 kematian pada hari Senin, dengan infeksi harian turun selama empat hari berturut-turut. Para pejabat kesehatan mengaitkan penurunan tersebut dengan pengujian massal, peningkatan komunikasi publik dan penggunaan teknologi canggih.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengatakan ada peningkatan 131 kasus dari hari Ahad ke hari Senin. Negara ini rata-rata memiliki lebih dari 500 infeksi baru sehari selama dua minggu terakhir.
Tetapi Jumat lalu, jumlah ini turun menjadi 438, kemudian 367 pada hari Sabtu dan 248 pada hari Ahad. Jumlah harian dari kasus yang dikonfirmasi dilaporkan pada hari berikutnya.
Meskipun terdapat tren penurunan, pemerintah mengingatkan untuk tidak menurunkan kewaspadaan. KCDC mengatakan bahwa di antara pasien baru, lebih dari 60 orang yang terinfeksi saat bekerja berdekatan satu sama lain di call center perusahaan asuransi.
"Jumlah total kasus baru yang dikonfirmasi sedang menurun tetapi ada kekhawatiran atas kasus infeksi massal tersebut," kata Wakil Direktur KCDC Kwon Jun-wook dilansir South China Morning Post, Jumat (13/3).
Penurunan yang stabil dalam kasus-kasus tersebut telah dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk pengujian massal, peningkatan komunikasi publik dan penggunaan teknologi. Pengujian ekstensif anggota Gereja Yesus Shincheonji yang terkait dengan lebih dari 60 persen kasus di negara ini, telah selesai.
Para pejabat Korsel telah berbagi pengalaman mereka dalam memuat informasi kejadian luar biasa tersebut. Menurut mereka, penguncian seluruh kota, seperti yang diberlakukan oleh China di Wuhan, tempat wabah itu berasal, sulit untuk ditegakkan dalam masyarakat terbuka.
"Tanpa merusak prinsip masyarakat yang transparan dan terbuka, kami merekomendasikan sistem respons yang memadukan partisipasi publik sukarela dengan aplikasi kreatif teknologi canggih," kata Wakil Menteri Kesehatan Korsel Kim Gang-lip.
Tindakan konvensional dan paksaan seperti penguncian daerah yang terkena dampak memiliki kelemahan. Menurutnya ini merongrong semangat demokrasi dan mengasingkan publik yang harus berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan.
"Partisipasi publik harus diamankan melalui keterbukaan dan transparansi," katanya.
Korsel telah proaktif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan warga negaranya agar tetap aman. Ini termasuk briefing media dua kali sehari dan peringatan darurat yang dikirimkan melalui telepon seluler kepada mereka yang tinggal atau bekerja di distrik-distrik di mana kasus baru telah dikonfirmasi.
Rincian tentang riwayat perjalanan pasien yang dikonfirmasi juga tersedia di situs web kota. Kadang-kadang dengan informasi tempat tinggal atau perusahaan pasien, yang dapat membuat mereka dapat diidentifikasi secara individual, yang mengarah ke masalah privasi.
Pentingnya menjaga kebersihan juga telah ditekankan. Warga Korsel jarang meninggalkan rumah mereka tanpa mengenakan masker, dengan banyak bangunan memasang tanda bertuliskan “Tanpa Masker, Dilarang Masuk”. Pekerja restoran dan staf ritel memakai masker saat melayani pelanggan.
Korsel juga telah membuat langkah-langkah kreatif, termasuk sekitar 50 stasiun pengujian drive-through di seluruh negeri, di mana hanya membutuhkan 10 menit untuk menjalani seluruh prosedur. Hasil tes tersedia dalam beberapa jam.
Tes Covid-19 sangat mahal di banyak negara, tetapi semua tes di Korsel gratis. Negara ini juga mampu memproses hingga 15 ribu tes diagnostik sehari, dan jumlah keseluruhan tes telah mencapai hampir 200 ribu.
Menurut para pakar kesehatan, kemampuan pengujian ini telah memungkinkan negara untuk mengidentifikasi pasien sejak dini dan meminimalkan efek berbahaya. Tetapi ini juga menyebabkan Korsel memiliki jumlah infeksi terkonfirmasi kedua terbesar di dunia setelah China, meskipun digantikan oleh Italia pada pekan ini.
Korsel telah menetapkan prosedur imigrasi khusus untuk memantau kedatangan selama dua minggu tanpa harus melarang pelancong yang masuk memasuki negara tersebut.
Mereka yang datang dari China, termasuk Hong Kong dan Makau, tetapi tidak termasuk Taiwan, diperiksa suhu tubuhnya. Sementara informasi kontak domestik mereka diverifikasi dan mereka diharuskan mengisi kuesioner kesehatan. Mereka juga diminta untuk mengunduh aplikasi diagnosa diri di ponsel mereka dan dikelola secara intensif jika menunjukkan gejala.
Korsel juga menggunakan teknologi IT mutakhir dan kamera pengintai di mana-mana untuk melacak sumber infeksi. Ini mengidentifikasi pergerakan kasus yang dikonfirmasi berdasarkan transaksi kartu kredit dan pelacakan ponsel, dan mengungkapkan informasi ini untuk membantu melacak mereka yang mungkin memiliki kontak dengan yang terinfeksi.
Mereka yang berisiko ditempatkan dalam isolasi diri dan dikelola secara menyeluruh berdasarkan individu oleh otoritas kesehatan. Untuk mengatasi kekurangan tempat tidur di rumah sakit, negara ini telah mengubah banyak pusat pelatihan kerja dan fasilitas umum lainnya menjadi 'pusat hidup dan perawatan' di mana pasien menunjukkan gejala ringan dari virus corona akan ditempatkan di karantina.