REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Desember tahun lalu, platform kecerdasan buatan (AI) BlueDot menangkap sekelompok kasus pneumonia yang tidak biasa terjadi di sekitar pasar di Wuhan, Cina. BlueDot menandai keanehan tersebut.
BlueDot sudah melihat tanda-tanda Covid-19 tepat sembilan hari sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pernyataannya terkait adanya virus corona baru. Benar saja, tidak lama setelahnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan Covid-19 berpotensi menjadi pandemi.
“Pada Desember, kami tidak tahu pada saat itu bahwa (Covid-19) ini akan menjadi sesuatu sebesar ini,” kata pendiri dan CEO BlueDot, Kamran Khan, dilansir melalui laman CNBC, Jumat (6/3).
Cara BlueDot menangkap wabah pandemik cukup sederhana. BlueDot adalah perangkat lunak yang dirancang untuk melacak, menemukan, dan membuat konsep penyebaran penyakit menular. Perangkat bekerja mengirimkan peringatan, seperti sinopsis singkat dari wabah penyakit melalui teknologi artificial intelligence (AI).
Kunci BlueDot adalah big data atau data yang sangat besar. Mesin pintarnya akan memilih data dari ratusan ribu sumber, termasuk demgrafi populasi.
Hebatnya, mesin pintar BlueDot bisa dengan cepat memproses jutaan informasi setiap 15 menit dan berlangsung selama 24 jam. Dari proses tersebut, tim BlueDot yang terdiri dari dokter dan progammer akan meninjau temuan dari si mesin pintar. Kemudian melakukan pemeriksaan dan laporan.
Dalam kasus covid-19 atau corona, BlueDot tak hanya mengirimkan peringatan. BlueDot juga mengidentifikasi dengan benar kota yang terhubung ke Wuhan.
Sebagai contoh, data tiket maskapai global untuk membantu mengantisipasi orang-orang yang bepergian ke Wuhan. Kemudian, data juga diambil berdasarkan volume wisatawan tertinggi dari Wuhan, seperti Bangkok, Hong Kong, Tokyo, Taipei, Phuket, Seoul, dan Singapura.
Benar saja, sebanyak 11 kota yang didapatkan tersebut menjadi tempat pertama yang melaporkan kasus corona di luar China.
“Kami tidak menggunakan kecerdasan buatan untuk menggantikan kecerdasan manusia, tapi kami pada dasarnya menggunakannya untuk menemukan 'jarum di tumpukan jerami' dan menyajikannya ke tim kami,” kata Khan.
Perusahaan yang sudah berdiri sekitar enam tahun yang lalu ini sudah menerima pendanaan 9,4 juta dolar AS hingga 2019. Saat ini, BlueDot memiliki tim utama sekitar 40 orang, termasuk dokter hewan, ahli epidemiologi, insinyur, ilmuwan data, dan pengembang perangkat lunak.