REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para peneliti Universitas Yerusalem membuat bir dari ragi berusia 5.000 tahun. Rasanya diklaim sangat lezat.
Ragi tersebut berasal dari dua kendi tanah liat yang digali di taman nasional Israel Tell es-Safi. Para peneliti memutuskan untuk menguji batas-batas jamur prasejarah.
"Mungkin ragi bisa bertahan dalam nanopori tanah liat. Saya pikir, itu semacam keajaiban bahwa ragi bertahan ribuan tahun dalam kendi ini. Luar biasa," kata ahli mikrobiologi Ronen Hazan dilansir di New York Post, Selasa (3/3).
Kendi itu berbentuk bundar, dengan pegangan dan cerat pendek. Cairan di dalamnya akan mengalir keluar dari sekelompok lubang dan melalui cerat, yang akan berfungsi sebagai filter dasar untuk ragi dan sedimen protein yang tersisa dari proses pembuatan bir.
Para arkeolog juga mengatakan bir yang ditemukan di kendi-kendi tanah liat ini kemungkinan dihasilkan dari beberapa biji-bijian, seperti millet, jagung, sorgum dan gandum.
Biasanya, bir menghabiskan setidaknya tiga hari hingga tiga minggu fermentasi, tetapi minuman kuno mereka selesai dalam waktu sekitar delapan minggu. Waktu yang agak kurang dari yang diharapkan mengingat ragi telah aktif selama ribuan tahun.
Menurut beberapa penguji rasa di Israel, bir itu sangat enak, seorang penguji menyebut rasanya 'sangat menarik' dan 'fruity, seperti kacang dan pisang.' Yang lain mengatakan bir ini enak dan unik, dan 'cepat mengalir seperti minyak.' Sementara itu, yang lain menyimpulkan minuman itu 'rasanya seperti roti gosong'.
Namun menurut Hazan, rasa bir hari ini tidak dapat dibandingkan dengan apa yang dihasilkan oleh strain ragi yang sama di masa jayanya.
"Ini sangat sulit. Selain fakta bahwa kami menggunakan bahan-bahan modern, perlu diingat bahwa kami berhasil mengisolasi hanya beberapa ragi dari mungkin lebih banyak lagi yang ada untuk bir aslinya. Jadi, kita tidak tahu apa sebenarnya rasanya," jelas Hazan.
Para peneliti mengatakan bahwa orang Mesir menemukan pembuatan bir sejak 5500 SM. Sementara itu, wilayah bersejarah yang disebut Mesopotamia, yang sekarang meliputi bagian Irak, Kuwait, Suriah, Turki dan Iran, juga mengkonsumsi minuman ragi yang difermentasi.
Sekarang, tim Universitas Yerusalem dalam penelitian ini sedang mencari investor untuk membantu membawa minuman kuno ini ke pasaran.
"Kami bekerja sama dengan Yissum, perusahaan R&D dari Universitas Hebrew, untuk mencari investor yang tertarik untuk mengkomersialkannya,” kata Hazan.