REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong kemandirian kesehatan dan obat nasional. Ia menegaskan dalam upaya meningkatkan inovasi mesti terjalin sinergi yang positif dengan triple helix yang mencakup akademisi, pelaku bisnis, dan pemerintah.
Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil inovasi khususnya di bidang kesehatan dan obat, pemerintah melalui Kemenristek/BRIN mengeluarkan instrumen kebijakan dengan progam pendanaan komersialisasi produk inovasi sampai tahap uji klinis. Pemerintah juga mendorong peningkatan dukungan dalam bentuk program dan anggaran kepada para komunitas penelitian dan pengembangan yang memiliki produk inovasi.
Bambang mengungkapkan, saat ini 90-95 persen alat kesehatan dan obat nasional masih menggunakan bahan baku impor. Ia menyebut kebutuhan impor secara bertahap harus diturunkan dengan membangun kemandirian Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Kemandirian obat nasional dapat dibangun dengan mengembangkan dan memanfaatkan biodiversitas yang dimiliki Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan pasokan bahan baku impor. Ia mengatakan pada tahap awal, mungkin bisa berpikir bagaimana menguasai pasar obat dalam negeri.
"Dan bisa mengurangi angka signifikan dari 90 ke 70 persen saja sudah prestasi luar biasa. Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri,” kata Bambang, dalam keterangannya, Kamis (27/2).
Terkait dengan sinergi triple helix, sering ditemui kendala keterlambatan dan pertumbuhan industri khususnya pada bidang alat kesehatan. Oleh sebab itu, diharapkan Kemenristek/BRIN mendorong komunikasi serta saling bertukar informasi antara pemangku kepentingan yang terkait dalam bidang obat-obatan dan alat kesehatan.