Rabu 26 Feb 2020 14:51 WIB

Teori Baru Sebut Manusia Bisa Adaptasi Musim Dingin Vulkanik

74 ribu tahun lalu ada letusan Gunung Toba yang mengakibatkan musim dingin vulkanik.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Gunung meletus
Foto: MGIT3
Ilustrasi Gunung meletus

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON—Sekitar 74 ribu tahun lalu, terjadi letusan vulkanik yang skala letusanya 5 ribu kali lebih besar dibanding letusan di Gunung Helens di Amerika Serikat. Hal itu pun sempat menimbulkan volcanic winter atau musim dingin vulkanik selama sekitar satu dekade.

Musim dingin vulkanik adalah pengurangan suhu global yang disebabkan oleh abu vulkanik setelah letusan gunung berapi besar yang sangat eksplosif. Dilansir dari IFL Science pada Rabu (26/2), sebuah teori pun menyatakan bahwa kejadian itu membuat punahnya sejumlah spesies mamalia dan manusia. Namun, sebuah teori dan bukti baru nampaknya mampu menangkal soal kepunahan tersebut.

Baca Juga

Teori terbaru itu dikemukakan oleh Nature Communications berdasar bukti atas kejadian dalam letusan Gunung Toba. Sejumlah bukti menyatakan bahwa sejumlah spesies ternyata dapat menyesuaikan dengan cerdas saat terjadi vulkanik musim dingin tersebut.

Hal itu terlihat dari adanya strategi sosial, simbolis dan strategi ekonomi yang dikembangkan oleh homo sapiens di Afrika saat krisis tersebut terjadi.

Aktivitas tersebut terungkap lewat temuan berdasar sedimen di situa Dhaba, India. Sedimen itu mencakup catatan stratigrafi selama sekitar 80 ribu tahun. Selain itu, arkeolog pun menemukan sejumlah artefak di sekitar letusan yang diperkirakan jadi bukti kehidupan pada 55 ribu tahun lalu.

Temuan itu pun berkaitan dengan peralatan zaman batu yang terdapat di Afrika dan Australia. Hal ini sekaligus menunjukan adanya populasi pengguna peralatan paleolitik tengah di India saat sebelum dan sesudah terjadinya letusan besar itu.

Hal ini pun otomatis telah mengisi celah rangkaian kronologis soal catatan kehidupan manusia di bumi. Pimpinan penelitian dari University of Queensland, Profesor Chris Clarkson mengatakan, peralatan yang ditemukan di Dhaba sangat mirip dengan peralatan di Afrika.

“Artinya, saat terjadi letusan, peralatan tersebut tidak 'hilang' dan tidak mengalami perubahan yang signifikan,” kaya Clarkson.

Selain itu, kajian sedimen ternyata juga mengungkap bahwa sebenarnya volcanic winter yang terjadi tidak separah itu sehingga tidak serta merta memusnahkan populasi yang ada.

Fakta ini didukung oleh temuan yang ada di India yang selama ini jadi teka-teki kritis geografis. Mengingat, arkeolog harus benar-benar memahami bagaimana homo sapien di Afrika bisa tersebar di Asia dan sekitarnya.

Hal ini pun didukung oleh temuan fosil yang menunjukan bahwa manusia saat itu melakukan migrasi dari Afrika ke Eurasia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement