Selasa 25 Feb 2020 15:23 WIB

Huawei akan Investasi 20 Juta Dolar untuk Aplikasi 5G

5G hadir dengan menghadirkan bandwidth ultra tinggi.

Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.
Foto: ABC News
Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Executive Director of the Board, sekaligus President Carrier BG Huawei Ryan Ding mengumumkan digelarnya 5G Partner Innovation Program. Ini merupakan  bentuk komitmen Huawei dalam mendukung terwujudnya ekosistem 5G serta kesuksesan implementasi 5G secara komersial di seluruh dunia.

Program terserbut digulirkan untuk mengembangkan beragam proyek 5G bagi beragam domain industri. Melalui program ini, Huawei berkomitmen untuk menggelontorkan investasi senilai 20 juta dolar AS bagi aplikasi-aplikasi 5G inovatif dalam jangka lima tahun ke depan. Kerja sama ini diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya ekosistem 5G, serta mempercepat suksesnya komersialisasi 5G di seluruh dunia.

Baca Juga

Ryan Ding mengungkapkan hingga saat ini Huawei telah memiliki 91 kontrak 5G komersial. Huawei juga telah mengapalkan lebih dari 600 ribu antena 5G Massive MIMO Active Antenna Units (AAUs).

Ryan Ding menyampaikan bahwa perkembangan 5G saat ini telah mencapai babak baru yang melampaui ekspektasi semua kalangan. Terutama terkait dengan dengan kian massifnya penggelaran, pertumbuhan ekosistem yang pesat, hingga dihadirkannya pengalaman-pengalaman baru di ranah 5G.

Huawei berkomitmen dalam mengembangkan BTS 5G yang mampu mendukung seluruh skenario 5G, hingga produk Blade AAU yang punya kapabilitas integrasi mumpuni. Blade AAU mampu menjangkau seluruh pita frekuensi sub-6 GHz dan mendukung teknologi jaringan 2G, 3G, 4G, hingga 5G. Dengan Blade AAU terbaru, keterbatasan tempat untuk pemasangan antena bukan lagi menjadi masalah.

Selain itu, biaya total kepemilikan (TCO) bisa dipangkas hingga lebih dari 30 persen dibandingkan dengan solusi-solusi lain yang ada di pasaran saat ini. Huawei juga mengklaim menjadi vendor pertama di industri yang mampu menghadirkan modul 5G untuk aplikasi-aplikasi vertikal di industri.

"Teknologi 4G memungkinkan manusia dalam berbagi video maupun terhubung melalui sambungan suara. Namun kini, 5G hadir dengan menghadirkan bandwidth ultra tinggi, sehingga mendukung disajikannya pengalaman AR dan VR yang begitu nyata," ujar Ryan Ding, saat peluncuran jajaran produk dan solusi 5G terbaru.

Huawei melihat, semakin matangnya teknologi 5G enhanced mobile broadband (eMBB) serta tingginya layanan video HD telah mendorong pesatnya pertumbuhan layanan 5G untuk B2C, yang juga menjadi ceruk potensi yang besar di layanan 5G untuk B2B.

Ryan Ding menekankan, bahwa di era 4G lalu, seluruh operator secara virtual menyuguhkan pengalaman jaringan yang tak jauh berbeda antara satu dengan yang lain. Namun hal itu berbeda dari era 5G.

Saat ini, operator telah mampu menghadirkan pengalaman terdiferensiasikan bagi tiap-tiap pelanggan. Perhitungan biaya kepada pelanggan juga lebih didasarkan pada ukuran meteran, seperti volume data yang terpakai, besaran latensi, pita lebar, hingga jumlah perangkat yang terkoneksikan.

"Ini mendukung operator dalam monetisasi teknologi 5G secara lebih optimal. Perlu perombakan ulang strategi dengan memperhitungkan apa yang sesungguhnya hendak mereka capai dengan membangun model-model bisnis 5G yang baru tersebut," kata Ryan Ding.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement