Selasa 25 Feb 2020 14:18 WIB

Peneliti Temukan Alasan Kutub Utara Memanas dengan Cepat

Air di Kutub Utara hangat di kedalaman dan hanya dingin di dekat permukaan.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kutub Utara
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arctic atau Arktik, wilayah di sekitar Kutub Utara Bumi telah mengalami efek pemanasan dari perubahan iklim global lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya di planet ini. Menurut para ilmuwan di  Scripps Institution of Oceanography, ada beberapa alasan mengapa ini terjadi, berdasarkan teori baru yang dikembangkan berdasarkan simulasi dan pengamatan komputer.

Sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti dari Scripps, Emma Beer mengamati perubahan yang terjadi di Samudra Arktik. Sebagian besar perairan di samudera ini tertutup oleh es hampir sepanjang tahun. Namun, kini ada situasi yang tidak biasa di mana airnya hangat di kedalaman dan hanya dingin di dekat permukaan.

Baca Juga

Perairan lebih dalam mendapat makan oleh lautan Pasifik dan Atlantik yang relatif hangat. Sedangkan, perairan dekat permukaan bersentuhan dengan es laut dan tetap dekat dengan titik beku. Panas mengalir ke atas dari air yang lebih hangat ke air yang lebih dingin.

Para ilmuwan menemukan bahwa air yang lebih dalam semakin hangat sebagai akibat dari perubahan iklim. Tetapi, air di dekat permukaan di bawah es laut tetap dekat dengan titik beku.

Meningkatnya perbedaan suhu menyebabkan aliran panas ke atas yang lebih besar. Ilmuwan iklim Scripps Ian Eisenman dan peneliti Till Wagner dari University of North Carolina memperkirakan bahwa fenomena ini mempengaruhi sekitar 20 persen dari amplifikasi pemanasan global yang terjadi di Kutub Utara.

“Sementara studi sebelumnya menemukan mekanisme yang terkait dengan permukaan dan atmosfer yang menyebabkan amplifikasi Arktik, temuan kami adalah bahwa ada juga alasan mendasar mengapa lautan menyebabkan amplifikasi kutub ketika wilayah kutub ditutupi dengan es laut," kata Eisenman tentang Studi yang didukung Yayasan Sains Nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement