REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — The Great Pyramid adalah satu dari piramida terbesar dan tertua yang terletak di wilayah pinggir Ibu Kota Kairo, Mesir. Bangunan ini diyakini telah dibangun sejak 4.500 tahun lalu.
Dilansir Tech Explorist, selama bertahun-tahun sejumlah tim arkeologi telah menjelajahi piramida, hingga mencapai salah satu area yang dikenal sebagai Queen’s Chamber (kamar ratu). Penggalian arkeologi menemukan sebuah poros sempit yang naik pada sudut 40 derajat ke atas menuju piramida.
Tetapi, eksplorasi telah mengakibatkan kerusakan pada poros dan tidak yang melihat lebih lanjut di mana poros itu mengarah. Pada 2010, profesor robotika di Leeds bernama Rob Richardson bersama dengan rekan-rekannya menerima tantangan yang diajukan oleh seorang dokter gigi asal Hong Kong Tze Chuen Ng untuk merancang dan membuat robot agar dapat mencapai ujung poros dan menemukan apa yang ada di sana.
Untuk memecahkan salah satu misteri besar dalam arkeologi Mesir, tim peneliti telah mengembangkan robot yang telah berhasil menavigasi salah satu poros sempit Piramida Besar. Para ilmuwan membutuhkan waktu hampir lima tahun untuk mengembangkan robot.
“Desain ini jelas menantang. Robot itu harus sangat ringan dan pada akhirnya, kami turunkan menjadi 5 kg. Karena begitu ringan, ini tidak memerlukan banyak kekuatan dan akhirnya, tantangan mulai menjadi peluang. Kami mengembangkan sistem yang menggerakkan robot dengan perlahan melalui lorong,” ujar Richardson.
Robot telah melakukan perjalanan sepanjang poros yang hanya 20 x 20 cm, menjadi penampang yang lebih kecil dari selembar kertas A4 dan bermanuver sepanjang 60 meter panjangnya. Tantangan utama adalah untuk mensurvei dan memfilmkan apa yang ada di dalamnya, serta satu yang terpenting tidak menyebabkan kerusakan.
Dengan desain yang sangat teliti, robot itu dapat menavigasi poros dan merekam secara eksklusif dari dalam. Film yang diambil dari robot diketahui mengungkap tanda-tanda berwarna yang rumit di lantai sebuah ruangan kecil tersembunyi.
Kamera pada robot juga mengungkap batu penghalang kedua yang tidak bisa dilewati. Saat ini, apa yang ada di balik batu kedua di ujung poros masih menjadi pertanyaan misterius. Menurut Richardson, tidak ada yang tahu tujuan poros dan ada spekulasi bahwa ini bisa menjadi ventilasi udara atau mungkin akses ke makam penguburan.
“Sekitar 50 meter di sepanjang poros, beberapa meter sebelum apa yang dipikirkan adalah akhirnya ada batu memblokir akses lebih lanjut. Kami tidak tahu batu apa yang menghalangi akses dan bisa mendapatkan kamera melewati batu. Ini mengungkapkan sebuah ruangan kecil dengan simbol rumit yang dilukis di lantai,” ucap Richardson.
Richardson mengatakan melihat karya seni tersebut, kemungkinan poros memiliki tujuan lebih besar, bukan hanya sebagai ventilasi udara. Namun, apakah tujuannya masih tetap menjadi misteri.
Richardson juga menugaskan pembuat film independen William Westaway untuk menggunakan video yang telah direkam untuk membuat film tentang proyek tersebut. Menurut Westaway ini menjadi kisah yang menyoroti aspek-aspek peradaban kuno.
“Ini adalah kisah yang menarik, kisah yang menyoroti aspek-aspek peradaban kuno, tetapi dalam satu twist, mengungkapkan bagaimana pemikiran terbaru dalam desain robot dan rekayasa telah membuka jendela itu di masa lalu,” kata Westaway.
Film tersebut ditampilkan dalam film dokumenter yang baru saja dirilis di akun saluran YouTube Ancient Architects.