Ahad 16 Feb 2020 12:03 WIB

Gletser Seluas Kota Surabaya Runtuh di Antartika

Pada 6 Februari lalu, Antartika mencatatkan rekor suhu terpanas.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Pine Island Glacier, salah satu gletser di Antartika runtuh, Sabtu (15/2).
Foto: esa via live science
Pine Island Glacier, salah satu gletser di Antartika runtuh, Sabtu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pine Island Glacier, salah satu gletser yang menyusut dengan cepat di Antartika runtuh, Sabtu (15/2). Menurut The Washinton Post, secara totoal gunung es berukuran sekitar dua kali ukuran Washington DC di area lebih dari 130 mil persegi atau 350 kilometer persegi. Area ini hampir sama seperti luasnya kota Surabaya.

Gunung es itu terus hancur dan jatuh ke laut. Mmenurut Observatorium NASA, peristiwa ini tidak sepenuhnya mengejutkan atau khususnya mengancam permukaan laut global. Peristiwa ini menjadi bagian normal kehidupan bagi formasi es dengan bagian yang mengapung di atas air.

Baca Juga

Karena es di tepi gletser sudah mengambang, es ini tidak akan secara langsung berkontribusi pada kenaikan permukaan laut ketika es itu pasti mencair. Namun, selama dua dekade terakhir, peristiwa runtuhnya gletser telah terjadi jauh lebih sering di Gletser Pine Island dan Gletser Thwaites, ketika lautan di sekitarnya menghangat karena pemanasan global.

Para ilmuwan dari Copernicus (program pengamatan Bumi Uni Eropa) telah mengkhawatirkan bahwa penyusutan gletser ini dapat menjadi bencana bagi Bumi. Keresahan semakin bertambah dengan kehancuran gletser di Antartika terus terjadi hampir setiap tahun dalam satu dekade terakhir.

Pemantauan dilakukan terhadap gletser sejak retakan besar muncul di dekat tepian pada Oktober 2019. Pada Sabtu (15/2) kemarin, retakan itu akhirnya memotong bongkahan gletser, melepaskan bagian dari gunung es raksasa ke Laut Amundsen di dekatnya.

Sementara peristiwa yang terjadi di Pine Island Glacier setiap empat hingga enam tahun, saat ini telah menjadi tahunan. Dalam dekade terakhir, bongkahan gletser yang sangat besar menghilang pada 2011, 2013, 2015, 2017, 2018 dan sekarang pada 2020.

Akibatnya, rak-rak pulau Pine dan Thwaites mundur ke daratan lebih cepat daripada yang terbentuk oleh es baru. Para ilmuwan khawatir bahwa kemunduran yang terus-menerus ini bisa menjadi tanda bahwa siklus peleburan yang sedang terjadi berlaku.

Saat air laut yang relatif hangat berderet di tepi yang baru terbuka dari lapisan es, kecepatan leleh, lapisan es itu membentang dan menipis.

Menurut NASA, wilayah di sekitar dua gletser berisi es yang cukup rentan untuk menaikkan samudera sejauh 4 kaki (1,2 meter). Gunung es terbaru Pine Island mereda hanya beberapa hari setelah para ilmuwan melaporkan suhu terpanas yang pernah tercatat di Antartika.

Pada 6 Februari lalu, Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan suhu di dekat pangkalan penelitian di tepi utara benua itu mencapai 64,9 derajat Fahrenheit (18,3 derajat Celsius). Rekor sebelumnya adalah 63,5 F (17,5 C), ditetapkan pada Maret 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement