REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Penjualan ponsel pintar China diperkirakan merosot hingga 50 persen pada kuartal pertama tahun ini karena penyebaran virus corona baru. Ini karena masih banyak toko ritel elektronik tutup dalam periode yang diperpanjang.
Produksi ponsel juga belum seluruhnya normal. Perusahaan riset Canalys menyebut, wabah corona telah menghambat rencana ekspansi sejumlah perusahaan yang seharusnya meningkatkan bisnis industri tahun ini.
"Rencana peluncuran produk akan dibatalkan atau terhambat, acara-acara akbar di publik tidak akan diizinkan," kata Canalys, dilansir Reuters, Senin (10/2).
Sebelumnya, Huawei merencanakan peluncuran produk 5G pada tahun ini untuk melesatkan penjualannya yang sempat jatuh. Namun wabah corona membuat Huawei harus menahan langkah atau rencana peluncuran tersebut.
Canalys memperkirakan pengiriman ponsel pintar China menurun setengahnya di kuartal pertama ini (yoy). Sementara perusahaan riset lain, IDC memproyeksikan penurunan sebesar 30 persen.
Produksi pun masih terhambat karena beberapa perusahaan baru akan memulai operasional. Jika pabrik-pabrik ini tidak kembali produksi pada kapasitas normal, maka kemampuan brand untuk membawa produk terbaru ke market akan menurun.
Xiaomi Corp, Huawei, dan Oppo diproyeksikan seharusnya mengenalkan produk baru pada semester satu ini. Oppo mengatakan pada Reuters, bahwa virus corona berpengaruh pada operasional pabrik loka.
"Kapasitas manufaktur akan dijamin efektif karena pabrik di luar China," katanya. Xiaomi tidak merespons permintaan komentar.
Secara global, TrendForce memproyeksikan produksi ponsel pintar menurun 12 persen pada Maret (yoy) jadi sekitar 275 juta unit. Ini titik terendah dalam lima tahun terakhir.
Produksi Iphone diproyeksi menurun 10 persen jadi 41 juta unit dan Huawei 42,5 juta unit atau turun 15 persen. Samsung Electronics disebut-sebut tidak terlalu terpengaruh oleh wabah karena basis produksinya yang berada di Vietnam. Meski demikian, produksinya juga diperkirakan menurun tiga persen jadi 71,5 juta unit.