Ahad 02 Feb 2020 23:54 WIB

Pasien Obsesif-Kompulsif Uji Coba Obat dari Teknologi AI

Obat dari teknologi AI untuk pasien OCD ditemukan oleh Exscientia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Kecerdasan buatan (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Kecerdasan buatan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Molekul obat "diciptakan" oleh kecerdasan buatan (AI) akan digunakan dalam uji coba manusia di dunia pertama untuk pembelajaran mesin dalam kedokteran. Molekul obat itu dibuat oleh Exscientia, start-up Inggris dan perusahaan farmasi Jepang Sumitomo Dainippon Pharma.

Dilansir dari BBC, Ahad (2/2) disebutkan obat tersebut akan digunakan untuk mengobati pasien yang memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Biasanya, pengembangan obat membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk dites, tetapi obat AI hanya membutuhkan waktu 12 bulan.

Kepala Eksekutif Exscienta, Prof Andrew Hopkins menggambarkannya sebagai tonggak penting dalam penemuan obat-obatan.

"Kami telah melihat AI untuk mendiagnosis pasien dan untuk menganalisis data dan pemindaian pasien, tetapi ini adalah penggunaan langsung AI dalam penciptaan obat baru," kata Hopkins.

Molekul yang dikenal sebagai DSP-1181, diciptakan dengan menggunakan algoritma yang menyaring senyawa potensial. Molekul ini memeriksa mereka terhadap database besar parameter.

"Ada miliaran keputusan yang diperlukan untuk menemukan molekul yang tepat dan itu adalah keputusan besar untuk merekayasa obat secara tepat. Tetapi keindahan algoritmanya adalah agnostik, sehingga dapat diterapkan pada penyakit apa pun," kata Hopkins.

Obat pertama akan memasuki uji coba fase satu di Jepang yang, jika berhasil, akan diikuti oleh tes yang lebih global. Perusahaan itu sudah bekerja pada obat-obatan potensial untuk pengobatan kanker dan penyakit kardiovaskular dan berharap untuk memiliki molekul lain yang siap untuk uji klinis pada akhir tahun ini.

"Tahun ini adalah yang pertama memiliki obat yang dirancang untuk AI tetapi pada akhir dekade ini semua obat baru berpotensi dibuat oleh AI," kata Hopkins.

Paul Workman, kepala eksekutif Institut Penelitian Kanker, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan, bahwa AI ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan dan mempercepat penemuan obat.

"Saya senang melihat apa yang saya yakini sebagai contoh pertama dari obat baru yang sekarang memasuki uji klinis manusia, yang diciptakan oleh para ilmuwan menggunakan AI dengan cara utama untuk memandu dan mempercepat penemuan." kata Workman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement