Jumat 31 Jan 2020 09:41 WIB

Negara Mana yang Paling Rentan Terjangkit Infeksi Corona?

Peneliti di Inggris memetakan kota/negara paling rentan terjangkit infeksi corona.

Rep: MGROL 125/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona. Peneliti di Inggris memetakan kota/negara paling rentan terjangkit infeksi virus corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona. Peneliti di Inggris memetakan kota/negara paling rentan terjangkit infeksi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di saat otoritas kesehatan China tengah berjuang menanggulangi wabah penyakit akibat infeksi virus corona jenis baru, para peneliti Inggris memetakan kota-kota internasional yang paling rentan terhadap penyebaran virus tersebut. Bangkok (Thailand), Hong Kong, dan Taipei (Taiwan) termasuk di antaranya.

Menurut para peneliti, kota-kota di China daratan, seperti Beijing, Guangzhou, Shanghai, dan Chongqing, pun berisiko tinggi. Demikian juga dengan Provinsi Guangdong, Zhejiang, Sichuan, dan Henan.

Baca Juga

Kota-kota lain di seluruh dunia tak ada yang aman sepenuhnya. Dilansir Health 24, tim menurut ahli pemetaan populasi (dikenal sebagai WorldPop) di University of Southampton di Inggris, kota New York (AS) dan London (Inggris) berada di antara 30 kota yang paling mungkin mengalami infeksi 2019-novel coronavirus (2019-nCov).

Kawasan lain yang paling berisiko adalah Thailand, Jepang, dan Hong Kong. Selain itu, Amerika Serikat berada di urutan ke-6, Australia ke-10 dan Inggris ke-17 daftar wilayah yang paling rentan terserang virus tersebut. Peringkat kota/negara mengenai risikoitu didasarkan pada jumlah pelancong udara yang diperkirakan berasal dari kota-kota di daratan China.

"Sangat penting bagi kita untuk memahami pola pergerakan populasi, baik di China maupun global, untuk menilai bagaimana virus baru ini dapat menyebar, di dalam negeri maupun dunia internasional," kata Andrew Tatem, direktur WorldPop, dalam rilis berita Southampton.

Menurut Tatem, dengan memetakan tren ini dan mengidentifikasi area berisiko tinggi, mereka dapat membantu menginformasikan intervensi kesehatan masyarakat yang bisa dilakukan, seperti skrining dan kesiapan perawatan kesehatan. Sementara itu, penulis utama laporan, Shengjie Lai, seorang peneliti di Southampton, mengatakan bahwa situasi penyebaran virus corona jenis baru bergerak dengan cepat.

"Kami sedang memantau epidemi dengan saksama untuk memberikan analisis terkini tentang penyebaran yang mungkin terjadi, termasuk efektivitas penguncian transportasi di kota-kota China dan transmisi oleh orang-orang yang kembali dari liburan Tahun Baru Imlek," katanya.

Untuk laporan tersebut, para peneliti menganalisis data ponsel dan alamat IP 2013-2015 dan data perjalanan udara 2018 untuk mengidentifikasi pola khas pergerakan orang di China dan di seluruh dunia selama Tahun Baru Imlek tahunan. Selain itu, temuan mereka didasarkan pada pola perjalanan seseorang sebelum terjadinya wabah.

Para peneliti juga mencatat banyak orang dengan gejala virus tersebut bepergian pada tahap awal wabah. Hal tersebut terjadi sebelum adanya pembatasan perjalanan. Para pejabat di kota Wuhan, China, yang merupakan pusat wabah, mengatakan bahwa kemungkinan lebih dari lima juta orang telah meninggalkan kota untuk liburan sebelum pembatasan perjalanan tersebut.

Pejabat kesehatan China sekarang mengonfirmasikan bahwa virus itu dapat disebarkan oleh orang-orang yang belum menunjukkan gejala penyakit. Masa inkubasi dapat bervariasi dari satu hingga 14 hari, dengan durasi khas sekitar 10 hari. Hal tersebut membuat penaganan menjadi sangat sulit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement