REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huawei telah menemukan solusi pengganti Google Maps untuk ponsel cerdasnya. Perusahaan teknologi raksasa asal Cina itu tak lagi bisa menggunakan produk apapun dari Google setelah masuk daftar hitam di Amerika Serikat (AS).
Untuk pengganti Google Maps, Huawei telah mendapatkan solusinya lewat jalinan kemitraan dengan perusahaan pembuat aplikasi pemetaan digital dan navigasi asal Belanda, TomTom. Bersama TomTom, Huawei menghadirkan peta, informasi lalu lintas real time, dan perangkat lunak.
Dilansir laman Techradar pada Senin (20/1), juru bicara TomTom, Remco Meerstra mengatakan, kesepakatan dengan Huawei telah diselesaikan beberapa waktu lalu. Sebenarnya, Huawei menahan diri untuk membuat berita publik, karena alasan yang enggan diungkapkan.
Sementara itu, pada Agustus 2019, Huawei dilaporkan sedang membangun saingan Google Maps sendiri, yakni Map Kit yang disebut bisa memperlihatkan laporan lalu lintas terkini dan fitur augmented reality. Namun, untuk sementara, ponsel terbaru Huawei masih memberdayakan Android 10.
Kurangnya akses ke aplikasi dan layanan Google, termasuk Google Play Store, membuat produk Huawei sulit dijual di banyak wilayah di luar Asia, bahkan di negara di mana mereka diterima dengan baik, seperti Eropa dan Australia. Jika Huawei memang terpaksa membuang Android sepenuhnya, perusahaan itu sudah memiliki cadangan sistem operasi, yakni Harmony OS. Sistem operasi open-source itudirancang untuk bekerja di berbagai produk, seperti telepon, TV, jam tangan pintar, laptop, dan banyak lagi.