Senin 20 Jan 2020 12:37 WIB

Tomat, Buah yang Memiliki Kontroversi

Sebagian riset tentang tomat ternyata menuai kontroversi

Petani menunggui pembeli tomat sambil menggembalakan sapi di Desa Porame, Marawola, Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/10/2019).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Petani menunggui pembeli tomat sambil menggembalakan sapi di Desa Porame, Marawola, Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (19/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen FKIK Unismuh Makassar Dito Anurogo menyebut tomat sebagai buah yang kontroversi. Dokter literasi digital ini mengatakan penampilan buah tomat (Solanum lycopersicum) memiliki beraneka warna.

Tomat memiliki warna  dominan merah, ungu, semu kemerahan, oranye, hingga semburat kekuningan. Warna merah pada tomat merah disebabkan karena pigmen tanaman yang bernama likopen.

Baca Juga

Warna ungu pada tomat ungu varietas Lycopersicum esculentum L. var Indigo Rose dikarenakan dominasi pigmen tumbuhan yang disebut antosianin.

Pemerhati medikopomologi (buah berkhasiat obat) ini mengatakan manfaat dan khasiat tomat beraneka rupa. Berbagai bukti ilmiah terekam dengan baik di banyak jurnal ilmiah.

"Meskipun demikian, sebagian riset tentang tomat ternyata menuai kontroversi," tulis dia.

Pada tahun 2005, Edward Giovannucci menguraikan khasiat tomat pada kanker prostat. Studi observasional mengemukakan korelasi tomat dengan kanker prostat.

Khasiat antikanker prostat pada tomat itu akibat komponen likopen. Likopen, merepresentasikan 80-90 persen dari total karotenoid pada tomat merah yang matang.

Likopen, fitokimiawi utama di tomat, berperan penting di dalam kesehatan manusia. Likopen adalah pigmen karotenoid merah yang terdapat pada berbagai buah. Misalnya anggur merah, pepaya, jambu, semangka, tomat.

Khasiat likopen diduga berperan untuk mengatasi beragam kanker, mulai kanker payudara, kanker prostat, kanker lambung, rejuvenasi (peremajaan sel-sel kulit dan awet muda), menurunkan kolesterol, mengatasi degenerasi makular terkait usia.

Namun hasil studi Giovannucci E (2005) amat berbeda dengan eksperimen yang dilakukan oleh Schuurman AG dkk pada tahun 1998 dan Etminan M dkk pada tahun 2004. Setelah melalui riset laboratorium dan kajian komprehensif, kelompok ilmuwan itu bersepakat bahwa tidak dijumpai hubungan positif antara tomat, likopen, dan kanker prostat.

Pada tahun 2007, Kavanaugh dkk menyatakan bahwa Food and Drug Administration (FDA) menemukan bukti yang amat terbatas untuk mendukung hubungan antara konsumsi tomat dan penurunan risiko menderita kanker prostat, lambung, sel telur, dan pankreas.

Korelasi antara tomat dan kanker paru-paru juga menyimpan kontroversi. Sebagian penelitian menyimpulkan tomat bermanfaat mengatasi kanker paru-paru, namun riset lainnya membantahnya.

Pelbagai studi epidemiologi terkait khasiat tomat belumlah sempurna, perlu dilakukan riset lanjutan nan komprehensif. Agar holistik, tim ilmuwan perlu melakukan penilaian terhadap bioavailabilitas likopen, identifikasi sumber utama likopen, observasi populasi yang memiliki nilai asupan tomat tinggi, pengukuran darah serta perhitungan pola temporal diet tunggal secara berkesinambungan, perbanyakan populasi untuk evaluasi risiko relatif, uji pengaruh genetika, misalnya polimorfisme genetika terkait gen perbaikan DNA.

Multiperspektif

Berdasarkan perspektif etnofarmakologis, Yadav dkk (2019) menjelaskan bahwa buah tomat mengandung asam amino aromatik, beta-karoten, flavonoid (misalnya: quercetin), karbohidrat, likopen, lutein, sukrose, vitamin C dan E. Tomat dapat berperan sebagai antioksidan, antiobesitas, dan antikanker.

Berdasarkan studi in vivo yang dilakukan oleh Hongyan Li, dkk (2014) pada carrageenan-induced paw oedema rat menunjukkan bahwa antosianin pada ekstrak tomat ungu berkontribusi terhadap efek antiradang. Hasil studi itu menyimpulkan bahwa tomat ungu yang mengandung antosianin memiliki efek antiradang dan antioksidan yang unik dan tinggi sehingga berpotensi memiliki efek proteksi melawan stres oksidatif terkait penyakit kronis pada manusia.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efek tomat berkadar antosianin tinggi pada manusia. Tomat ungu memang diketahui memiliki kandungan antosianin sebagaimana fitokimiawi lainnya (fenolik dan karotenoid) yang umumnya dijumpai di tomat merah.

Hasil laporan sembilan belas studi ilmiah dari tahun 1994 hingga 2005 menunjukkan interkoneksi konsumsi buah tomat dengan penurunan risiko menderita keganasan spesifik atau kanker tertentu, penyakit kardiovaskuler, dan degenerasi makuler terkait usia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement