Ahad 19 Jan 2020 17:19 WIB

Peneliti Temukan Kalajengking Tertua di Dunia

Ilmuwan menduga kalajengking purba bisa bernapas di lautan serta di darat.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kalajengking
Foto: dailymail
Kalajengking

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Baru-baru ini para peneliti sedang mempelajari fosil spesies kalajengking yang dikumpulkan pada 35 tahun lalu, dan berusia 437 juta tahun. Berdasarkan informasi, para peneliti itu beranggapan bahwa hewan itu bisa bernapas di lautan purba serta di darat.

"Kami sedang melihat kalajengking tertua yang diketahui - anggota tertua dari garis keturunan arakhnida, yang telah menjadi salah satu makhluk darat paling sukses di seluruh sejarah Bumi," kata profesor ilmu bumi di The Ohio State University, Loren Babcock, seperti dilansir heritagedaily, Ahad (19/1).

Baca Juga

Tak hanya itu, penemuan itu juga disebut memberikan informasi baru terkait bagaimana hewan bisa pindah habitat dari laut ke darat sepenuhnya. Menurut peneliti, sistem pernapasan kalajengking purba hampir identik dengan kalajengking modern kini.

Kalajengking purba yang dinamai Venoscorpio venator itu, memiliki arti “kalajengking nenek moyang” atau dalam nama spesies yang berarti pemburu. Dalam prosesnya, fosil itu ditemukan pada 1985 oleh Andrew Wendruff dari sebuah situs di Wisconsin yang dulunya merupakan kolam kecil di dasar wajah tebing pulau.

“Dan lebih dari itu, apa yang jauh lebih penting adalah bahwa kami telah mengidentifikasi suatu mekanisme yang digunakan hewan untuk melakukan transisi kritis dari habitat laut ke habitat darat,” kata Babcock.

Menurut dia, dengan adanya fosil tersebut memberikan model nyata untuk jenis hewan lain yang melakukan transisi, termasuk hewan vetebrata lainnya yang juga memiliki potensi sama. Dia menegaskan, penemuan itu adalah yang pertama.

Sejak awal penemuan itu, Wendruff dan Babcock segera tahu bahwa fosil itu adalah kalajengking. Meskipun, pada awalnya, mereka tidak yakin seberapa dekat fosil-fosil ini dengan akar sejarah evolusi kalajengking arakhnida.

Kalajengking paling awal yang diketahui sampai saat itu, telah ditemukan di Skotlandia dan berasal dari sekitar 434 juta tahun yang lalu.  Fosil Wisconsin berusia antara satu juta atau tiga juta tahun lebih tua dari pada fosil kalajengking dari Skotlandia.

"Orang sering berpikir kita menggunakan penanggalan karbon untuk menentukan usia fosil, tetapi itu tidak berhasil untuk sesuatu yang setua ini," kata Wendruff.

Dia mengatakan, pihaknya mencampur fosil dengan berbagai lapisan abu, termasuk vulkanik yang komparatif. Tak berhenti di situ, Wendruff juga memeriksa fosil di bawah mikroskop, dan mengambil foto fosil beresolusi tinggi dari berbagai sudut pandang.

Potongan-potongan organ internal hewan itu, yang diawetkan di dalam batu, mulai muncul. Hingga akhirnya ia mengidentifikasi pelengkap, atau ruang di mana hewan itu bisa menyimpan racunnya. Dan yang paling penting adalah sisa-sisa sistem pernapasan serta peredaran darahnya.

Terpisah Babcock menturkan, Kalajengking yang memiliki panjang sekitar 2,5 sentimeter itu memang sama dengan kalajengking saat ini. Meski demikian, ia menyebut bahwa ukuran yang sama itu menunjukkan adanya evolusi penting dari cara bernapas di bawah air pada kalajengking purba itu, dengan cara bernapas kalajengking modern di daratan.

"Cara kerja dalam dari sistem peredaran pernafasan pada hewan ini, bentuknya identik dengan arachnida dan kalajengking yang menghirup udara secara eksklusif," kata Babcock.

Dia memaparkan, secara keseluruhan, kalajengking tersebut memiliki garis keturunan yang sama, dan sudah dipastikan telah menyesuaikan dengan kehidupan di darat. Artinya mereka memiliki kemampuan morfologis untuk melakukan transisi itu, bahkan sebelum mereka pertama kali melangkah ke darat.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement