REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Jerman pada Kamis mengatakan bahwa mereka telah mengembangkan perangkat tes pertama untuk mendiagnosis infeksi virus baru yang telah muncul di Cina tengah. Virus ini pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, Cina pada tahun lalu dan temuan kasusnya telah dilaporkan di Thailand dan Jepang.
Puluhan orang di Cina telah jatuh sakit dan satu orang dengan kondisi yang parah telah meninggal akibat virus tersebut. Christian Drosten, Direktur Institute for Virology di Charite Hospital di Berlin, mengatakan bahwa alat uji yang dikembangkan oleh timnya akan memungkinkan laboratorium untuk secara andal mendiagnosis infeksi virus korona jenis baru dalam waktu singkat.
Menurut Drosten, protokol pengujian yang sedang dikembangkan tersedia melalui Organisasi Kesehatan Dunia. Laboratorium dapat memesan molekul dari tim Jerman untuk membandingkan sampel pasien dengan kontrol positif.
"Kami baru saja mulai menerima pesanan dan sekarang mulai mengirimkan molekul," kata Drosten kepada Associated Press.
Drosten mengatakan, sejauh ini dokter hanya mampu melakukan tes virus secara umum dan kemudian mengurutkan serta menafsirkan genom atau informasi genetik yang dimiliki suatu sel dan organisme. Selain itu, menurutnya, dalam hal ini laboratorium publik besar dan lengkap mampu melakukannya, namun laboratorium yang lebih kecil akan kesulitan.
"Kami lebih khawatir tentang laboratorium di negara-negara yang tidak mudah dalam mengangkut sampel, staf tidak dilatih secara menyeluruh, atau jika ada sejumlah besar pasien yang harus diuji," kata Drosten merujuk epidemi SARS atau Sindrom Pernapasan Akut Parah yang menewaskan ratusan orang pada tahun 2002 dan 2003.
Drosten yang merupakan salah satu penemu SARS mengatakan bahwa virus korona baru dan SARS tersebut sangat erat kaitannya. Laboratorium yang memiliki sampel kontrol untuk stok SARS pun dapat memanfaatkannya. Mereka dapat menggunakannya untuk mendiagnosis virus baru dan memotong waktu yang diperlukan untuk membuat tes yang bisa diandalkan.