REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG SELATAN — Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengungkapkan rencana strategis pada tahun 2020-2025. Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan mengungkapkan Batan akan menjadi koordinator di tiga riset nasional.
Riset nasional itu yakni Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), radio isotop dan sistem pemantau radiasi lingkungan untuk keselamatan dan keamanan.
“Secara umum pembangunan PLTN disetiap negara dibagi menjadi tiga fase. Sebelum project atau tahap kajian, formulasi project, project pembangunan fisik,” jelasnya.
Untuk sistem pemantau radiasi lingkungan, kata Anhar, alat-alat sudah dibuat untuk pemantau radiasi. Di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sudah terpasang tapi sedang dalam tahap sertitikasi.
Disamping itu, Batan juga ditugaskan di tiga prioritas yang lain, salah satunya di bidang pertanian. Batan akan melanjutkan tugasnya pada tahun sebelumnya, seperti mutasi radiasi pada tanaman padi di Klaten.
“Tanaman padi tersebut di mutasi radiasi untuk menghasilkan beras yang bagus dengan waktu yang tidak terlalu lama. Dari panen yang biasa 140 hari dengan mutasi radiasi bisa 110 hari,” kata dia.
Anhar melanjutkan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia di bidang nuklir dan pengembangan sciene tekno park II juga menjadi tugas prioritas Batan.
Batan sedang melakukan proyek pembangunan PLTN di Kalimantan Barat. Hingga saat ini masih dalam tahap survei sebab membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Untuk survei sendiri bisa selesai dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan,” kata dia, Kamis (16/1).
Setelah survei dan hasilnya positif, kemudian dilaksanakan fase formulasi proyek dan pembangunan fisik proyek. Dari tahapan survei kemudian formulasi proyek dan pembangunan fisik memakan waktu kurang lebih 10 tahun.
“Rencananya PLTN yang dibangun di wilayah Kalbar memiliki kapasitas 100 megawatt. Jumlah itu disebut sesuai dengan kajian kelayakan yang ada di wilayah lokasi PLTN,” ungkap Anhar.