Rabu 15 Jan 2020 19:06 WIB

Berpikir Bela Negara di Era Milenial

Ridwan Hasan Saputra mengatakan bela negara kini bisa dilakukan dengan penguasaan 4C

Ridwan Hasan Saputra mengatakan bela negara kini bisa dilakukan dengan penguasaan 4C
Foto: KPM
Ridwan Hasan Saputra mengatakan bela negara kini bisa dilakukan dengan penguasaan 4C

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi bela negara ditengah terpaan perubahan dunia sudah bukan lagi dilakukan dengan memanggul senjata (hard power), melainkan dengan cara pendekatan soft power yang merupakan perang penguasaan 4C (Critical thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication).

Dalam konteks penguasaan teknologi, bela negara terkini atau yang aktual adalah upaya melakukan pemanfaatan teknologi dan digitalisasi dalam rangka mencegah disinformasi yang bisa memicu konflik.

Oleh sebab itu, bangsa ini harus mampu beradaptasi dan bersinergi agar tetap menjaga laju pertumbuhan dan pembangunan. Jika tidak, tak ayal roda disrupsi akan menggerus dan mengganggu seluruh elemen bangsa khususnya generasi muda yang akan menjalankan tongkat estafet di masa mendatang.

Pada peringatan hari bela negara tahun 2019 lalu, tak luput dari perhatian Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), Ridwan Hasan Saputra (RHS) dengan menyemangati pelajar KPM tentang kesadaran Bela Negaralewat cara yang kreatif, yakni menyajikan Permainan Matematika Bela Negara (PMBN) dan Lomba Matematika Bela Negara(LMBN) yang digelar pada tanggal 23 Desember 2019 dan 1 Januari 2020.

Menurut RHS, esensi momentum hari bela negara untuk generasi muda pada hakikatnya adalah mampu menumbuhkan motivasi belajar, berlomba meraih prestasi, rasa ingin tahu, dan memacu berpikir kritis, karena hal tersebut juga merupakan bagian dari bela negara. “Ketika kita dapat melahirkan anak-anak pintar dan menciptakan produk-produk yang bermanfaat, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar, kuat secara ekonomi, kuat secara pertahanan, budaya, dan lain-lain,” kata RHS.

Ia menyebut pesan yang ingin disampaikan dari kegiatan PMBN dan LMBN adalah ketika para generasi muda ingin melakukan aktivitas bela negara, fokuslah pada pengembangan cara berpikir melalui bidang sains, teknologi, dan ekonomi serta yang paling utama adalah berpikir kritis (critical thinking). Karena dengan perubahan zaman yang semakin cepat, berpikir kritislah yang membuat kita dapat bertahan dalam persaingan di masa depan. Sehingga semuanya bisa membela negara dalam persaingan global melalui ilmu dan teknologi.

“Nah, makna ini yang sangat penting dan harus ditularkan kepada generasi muda sehingga momen hari bela negara menjadi pengingat para generasi muda bahwa di masa depanmereka memiliki kewajiban mempertahankan bangsa ini lewat kemampuan dan bidangnya masing-masing,” tutup Peraih Tokoh Perubahan Republika Tahun 2013 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement