REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Ilmuwan berupaya mengungkap misteri lubang hitam masif yang baru-baru ini ditemukan. Penemuan lubang hitam tersebut telah menyebabkan diskusi kontroversial. Hal ini karena sangat menantang pandangan tentang evolusi bintang.
Investigasi terperinci oleh Universitas of Erlangen-Nürnberg dan Universitas Potsdam menemukan bahwa itu mungkin bukan lubang hitam. Namun, itu adalah bintang neutron yang sangat besar atau bahkan bintang biasa.
Dilansir di Tech Explorist, Senin (13/1) disebutkan, lubang hitam itu ditemukan secara tidak langsung dari gerakan bintang pendamping yang terang yang mengorbit objek kompak yang tak terlihat selama sekitar 80 hari.
Pengamatan baru telah menunjukkan bahwa estimasi asli disalahtafsirkan dan bahwa massa lubang hitam, pada kenyataannya, sangat tidak pasti.
Penyelidikan paling signifikan, khususnya bagaimana sistem biner yang diamati dibuat, tetap tidak terjawab. Perspektif penting adalah massa pendamping yang terlihat, bintang panas LS V + 22 25.
Semakin besar bintang ini, semakin luas lubang hitam pastinya untuk menggerakkan gerakan yang diamati dari bintang terang. Yang terakhir dianggap sebagai bintang normal, delapan kali lebih masif dari Matahari.
Para ilmuwan mengamati spektrum arsip LS V + 22 25, yang diambil oleh teleskop Keck di Mauna Kea, Hawaii. Mereka terutama mempelajari kelimpahan unsur-unsur kimia pada permukaan bintang dan mendeteksi penyimpangan dalam kelimpahan helium, karbon, nitrogen, dan oksigen dibandingkan dengan komposisi standar bintang masif muda.
Mereka juga mengamati pola di permukaan yang menunjukkan abu yang dihasilkan dari fusi nuklir hidrogen. Ini adalah sebuah proses yang hanya terjadi jauh di dalam inti bintang muda dan tidak akan terdeteksi pada permukaannya.
Andreas Irrgang, ilmuwan terkemuka studi ini, mengatakan bahwa sekilas, spektrum itu memang terlihat seperti bintang muda yang besar.
"Namun, beberapa properti tampak agak mencurigakan. Ini memotivasi kami untuk memiliki pandangan baru pada data arsip," kata Irrgang.
Para penulis menyimpulkan bahwa LS V + 22 25 pasti telah berinteraksi dengan pendamping yang kompak di masa lalu. Selama episode transfer massa ini, lapisan luar bintang telah dihilangkan, dan sekarang inti helium yang terlihat diperkaya dengan abu dari pembakaran hidrogen.
Menggabungkan hasil mereka dengan pengukuran jarak baru-baru ini dari teleskop ruang angkasa Gaia, para ilmuwan menentukan massa bintang yang paling mungkin hanya 1,1 (dengan ketidakpastian +/- 0,5) kali dari Matahari.
Ini menghasilkan berat minimum 2-3 massa matahari untuk pendamping yang kompak, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak harus menjadi lubang hitam, tetapi mungkin bintang neutron besar atau bahkan bintang 'biasa'. Hasilnya kini telah diterbitkan sebagai makalah utama dalam jurnal 'Astronomi & Astrofisika'.