Senin 13 Jan 2020 13:09 WIB

AS dan Eropa Luncurkan Satelit Pelacak Permukaan Laut

Satelit diluncurkan terkait perubahan iklim yang menyebabkan naiknya permukaan laut.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Amerika Serikat (AS) dan Eropa terlibat misi bersama meluncurkan sepasang satelit mulai November 2020 untuk memberikan informasi lebih rinci tentang naiknya permukaan laut (Ilustrasi Satelit)
Foto: Flickr
Amerika Serikat (AS) dan Eropa terlibat misi bersama meluncurkan sepasang satelit mulai November 2020 untuk memberikan informasi lebih rinci tentang naiknya permukaan laut (Ilustrasi Satelit)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Salah satu tanda jelas perubahan iklim adalah naiknya permukaan laut. Ada lebih banyak penyebab kenaikan permukaan laut daripada gletser dan lapisan es yang mencair. Naiknya permukaan laut juga disebabkan oleh pemanasan atmosfer.

Kini Amerika Serikat (AS) dan Eropa terlibat misi bersama meluncurkan sepasang satelit mulai November 2020 untuk memberikan informasi lebih rinci tentang naiknya permukaan laut. Untuk pertama kalinya, badan antariksa mereka sedang bersiap untuk meluncurkan misi satelit 10 tahun untuk terus mempelajari tanda paling jelas dari pemanasan global-kenaikan permukaan laut.

Baca Juga

Misi gabungan Sentinel-6/Jason-CS akan menjadi misi terpanjang yang didedikasikan untuk menjawab pertanyaan berapa banyak kenaikan lautan Bumi pada 2030. Informasi baru yang diperoleh dari misi 10 tahun ini akan memberikan pengukuran ketinggian air paling sensitif. Karena mengungkapkan rincian tentang naiknya samudera  dan membantu membangun catatan permukaan laut hampir 40 tahun,

Satelit identik, Jason-6A dan Jason-6B akan diluncurkan lima tahun terpisah. Dua satelit ini memiliki umur tujuh tahun.

Jason-6A dan 6B dibangun oleh perusahaan Jerman IABG dan akan diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di AS menggunakan roket SpaceX Falcon 9.

“Permukaan laut global dalam cara tertentu adalah ukuran paling lengkap tentang bagaimana manusia mengubah iklim,” kata Ilmuwan proyek misi di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena California, Josh Willis dalam sebuah pernyataan, seperti yang dilansir dari Digital Journal, Senin (13/1).

“Jika Anda memikirkannya, kenaikan permukaan laut global berarti 70 persen permukaan bumi semakin tinggi-70 persen planet ini berubah bentuk dan tumbuh. Jadi seluruh planet berubah, Itulah yang benar-benar kami ukur,” ujarnya.

Tapi, misi Sentinel-6 tidak hanya itu saja. Menurut  European Radar Observatory (ESA), misi tersebut juga akan menyediakan set data untuk kelompok pengguna lain, dari pemantauan iklim untuk prakiraan cuaca hingga meteorologi laut hingga altimetri dan pemodelan pantai.

Seperti pendahulunya, satelit baru akan mengirimkan data mereka setiap 10 hari. Willis mengungkapkan kenaikan permukaan laut global adalah salah satu dampak perubahan iklim yang banyak menarik biaya dan menggangu.

“Di masa hidup kita, kita tidak akan melihat penurunan permukaan laut global dalam jumlah yang berarti. Kami benar-benar memetakan berapa banyak kenaikan permukaan laut yang harus ditangani untuk beberapa generasi mendatang,” katanya.

Tiga misi sebelumnya, TOPEX/Poseidon dan Jason-1, Ocean Surface Topography/Jason-2 dan Jason-3. Ini mencakup periode 30 tahun dan telah mengungkapkan lautan bumi naik rata-rata 0,1 inci (tiga mm) per tahun pada 1990-an, meningkat menjadi 0,13 inci (3,4 mm) per tahun saat ini.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement