REPUBLIKA.CO.ID, THUN — Sejumlah arkeolog menyelam ke Danau Thun, Swiss untuk menyelamatkan sisa-sisa tumpukan peninggalan Zaman Perunggu sebelum hanyut tersapu. Menurut Otoritas Pendidikan dan Budaya Bern, pemukiman berusia 3.500 tahun di Danau Thun itu terancam erosi. Karena itu, para arkeolog memperkirakan sisa-sisa sejarah itu akan segera hilang.
Dilansir di Swissinfo.ch pada Senin (6/1), para penyelam akan bekerja di depan Kastil Schadau pada Januari hingga Maret. Investigasi awal mengungkapkan wilayah utara situs itu dalam kondisi mengkhawatirkan. Sisa-sisa terakhir dari tumpukan rumah tidak mendapat perawatan di dasar danau.
Erosi yang menyapu sedimen hingga 50 cm per tahun terjadi karena kuatnya arus alami Sungai Aare, serta lalu lintas kapal. Pada 2014, seorang penyelam rekreasi kembali dengan berbagai benda perunggu yang ditemukan di Danau Thun. Para arkeolog segera meluncurkan penyelidikan ke lokasi itu. Dengan mudah, mereka menemukan tumpukan dan pecahan keramik yang dipastikan berasal dari pemukiman prasejarah.
Tumpukan itu berasal dari Zaman Perunggu awal, sekitar 1590 hingga 1540 SM. Penggalian penyelamatan tiga bulan bertujuan untuk mendokumentasikan bukti berharga sebelum menghilang. Sebelum penemuan lima tahun lalu, tumpukan rumah hampir tidak dikenal di Danau Thun. Namun, kuburan dari Zaman Perunggu Awal telah ditemukan di Thun, Hilterfingen, Amsoldingen, dan Spiez.
Beberapa permukiman dari Zaman Perunggu awal dan akhir juga ditemukan di daerah tersebut. Menurut para arkeolog, dimensi mereka sangat besar dan sama sekali tidak kalah dengan pemukiman tepi danau besar di tepi Jura.