Rabu 01 Jan 2020 06:12 WIB

Tiga Penemuan Terbesar Astronomi Satu Dekade Terakhir

Banyak penelitian astronomi yang menghasilkan kemajuan pesat satu dekade terakhir

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Foto lubang hitam pertama yang berhasil ditangkap ilmuwan. Banyak penelitian astronomi yang menghasilkan kemajuan pesat satu dekade terakhir.
Foto: AP
Foto lubang hitam pertama yang berhasil ditangkap ilmuwan. Banyak penelitian astronomi yang menghasilkan kemajuan pesat satu dekade terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal 2010 sampai 2019 banyak penelitian astronomi yang menghasilkan kemajuan luar biasa. Semakin banyak misteri alam semesta yang berhasil diungkapkan para ilmuwan. Berikut tiga penemuan astronomi paling besar dalam satu dekade terakhir.

1. Teleskop Luar Angkasa Hubble Menangkap Galaksi Terjauh

Baca Juga

Pada 3 Maret 2016 teleskop luar angkasa Hubble berhasil menangkap gambar galaksi terjauh yang pernah terlihat di alam semesta. Dengan menggunakan Hubble, tim astronom internasional berhasil menangkap GN-Z11 saat galaksi itu baru saja terbentuk.

"Kami mengambil langkah mundur jauh ke belakang, di luar batas dari apa yang kami harapan dapat Hubble lakukan. Kami melihat GN-Z11 di saat galaksi itu hanya tiga persen dari umurnya saat ini," kata kepala penelitian Pascal Oesch kepada situs sains Futurism.

Hubble menangkap GN-Z11 sekitar 13,4 miliar tahun yang lalu. Hanya 400 juta tahun setelah alam semesta tercipta atau Big Bang.

Para astronom berusaha fokus untuk mendapatkan galaksi pertama yang terbentuk di alam semesta. Penemuan ini membuat mereka semakin dekat dengan tujuan itu.

2. Penemuan Tata Surya Yang memiliki Tujuh Planet Serupa Bumi

Pada 22 Februari 2017 ilmuwan yang bekerja dengan teleskop di badan antariksa Eropa European Southern Observatory dan badan antariksa Amerika Serikat (AS) National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengumumkan penemuan luar biasa. Mereka menemukan tata surya yang semua planetnya serupa dengan bumi.

Tim ilmuwan itu mengatakan enam dari tujuh planet tata surya yang mereka temukan memiliki kepadatan bebatuan serupa bumi. Tiga planet di antaranya bersisian dengan bintang yang dapat dihuni (habitable zone).

Habitable zone atau zona layak huni adalah sebuah wilayah di sekitar bintang yang secara teori memungkinkan adanya air. Artinya tiga planet yang mungkin berisi alien mungkin dipenuhi oleh air laut sehingga meningkatkan peluang adanya kehidupan.

Kemungkinan adanya laut di planet-planet lainnya lebih kecil. Tapi tim penemu mengatakan keberadaan air masih memungkinkan.

Ketua penulis laporan penemuan tersebut Michaël Gillon mencatat tata surya yang ia dan timnya temukan adalah tata surya yang paling banyak memiliki planet serupa bumi. Selain itu juga tata surya yang memiliki jumlah planet yang mendukung adanya air  banyak yang pernah ditemukan.

Penulis lainnya Amaury Triud mengatakan bintang di tata surya adalah 'ultracool dwraf' atau bintang katai amat sangat dingin. Bintang ini di masuk klasifikasi Kelas M. 

"Energi yang keluar dari bintang katai seperti TRAPPIST-1 lebih lemah dibandingkan matahari. Jika ada air maka planet-planetnya harus sedikit lebih jauh dari orbit dibandingkan yang kami lihat di Tata Surya. Untungnya, tampaknya kami melihat konfigurasi padat sekitar TRAPPIST-1," tulis Triud seperti dilansir Futurism.

Jauh tata surya itu sekitar 40 tahun cahaya. Dalam skala kosmik itu hanya di sebelah. Tentu dengan teknologi yang sekarang butuh ratusan juta tahun untuk mencapainya. Tapi penemuan ini mengungkapkan kemungkinan mahluk di luar angkasa.

3. Foto Pertama Lubang Hitam

Pada 9 April 2019 untuk pertama kalinya lubang hitam berhasil difoto. Para ilmuwan dari seluruh dunia mengumumkan mereka berhasil menangkap gambar lubang hitam dengan Event Horizon Telescope.

Sebelum berhasil difoto, lubang hitam hanya ada dalam teori. Walaupun lubang hitam memiliki daya tarik yang sangat kuat, tapi ukurannya cukup kecil dibandingkan skala kosmik.

Agar dapat menangkap gambar objek yang sangat jauh. Maka dibutuhkan teleskop raksasa. Para ilmuwan pun membuat satu teleskop super besar yang dinamakan Event Horizon Telescope (EHT).

"Kami mengungkapkan bagian alam semesta yang sebelumnya tak terlihat bagi kami," kata Direktur EHT Shep Doeleman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement