Selasa 31 Dec 2019 16:25 WIB

Krisis Iklim, Ilmuwan Peringatkan untuk Selamatkan Antartika

Ilmuwan kini berlomba ke Antartika untuk meneliti krisis iklim di sana.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilmuwan kini berlomba ke bagian bumi terdingin yakni Antartika untuk meneliti krisis iklim di sana. Foto: Seekor anjing laut bersandar santai di atas es di Antartika.
Foto: AP
Ilmuwan kini berlomba ke bagian bumi terdingin yakni Antartika untuk meneliti krisis iklim di sana. Foto: Seekor anjing laut bersandar santai di atas es di Antartika.

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON — Ada sebuah tempat di Bumi yang sangat dingin dan manusia mungkin hanya bisa bernafas sebentar, sebelum beberapa saat kemudian terjadi pendarahan di paru-paru mereka. Letak tempat ini adalah di Antartika Timur. Tepatnya dalam sebuah lapisan es berbentuk kubah tinggi yang tercatat sepanjang malam, suhu di sana adalah sekitar minus 98 derajat celcius atau minus 144 fahrenheit.

Dilansir Sky News, Antartika tempat yang begitu terpencil dan ditemukan pada 200 tahun lalu. Namun, kini para ilmuwan berlomba untuk pergi ke wilayah paling selatan di Bumi itu, dengan keinginan mempelajari berbagai kemungkinan yang datang di tengah krisis iklim yang terjadi di dunia.

Baca Juga

Antartika telah kehilangan tiga triliun ton es selama 25 tahun terakhir. Setengah dari itu telah terjadi dalam lima tahun terakhir. Benua ini memiliki sekitar 70 persen dari total air tawar di dunia, sehingga apa yang terjadi menyebabkan naiknya permukaan laut.

Mungkin kenaikan air laut ini tidak begitu terasa, kecuali Anda tinggal di pulau dataran rendah, seperti Maladewa atau Kiribati yang kehilangan daratan. Namun, para ilmuwan tak dapat mengesampingkan kenaikan permukaan laut hingga dua meter atau 6,5 kaki pada akhir badan ini.

Bahkan, pasang surut dan badai bisa menaikkan level lebih tinggi. Kota-kota di dunia, seperti New York, Miami, Calcutta, dan Lagos diperkirakan dapat terkena imbas, yaitu bencana banjir dan hingga satu miliar orang harus pindah.

Itulah gambaran masa depan Bumi di tengah krisis lingkungan yang terus meningkat dan tak akan berhentu karena laut akan terus naik pada abad ke-22 atau waktu di mana anak-anak yang dilahirkan saat ini memasuki usia produktif mereka. Untuk memahami ancaman es Antartika yang mencair, Anda perlu memahami topografinya.

Lapisan es yang terkikis dan sebagian besar Antartika sebenarnya terletak  2.500 m (8.200 kaki) di bawah permukaan laut. Hanya tepi tanah yang lebih tinggi di sepanjang pantai yang menghentikan lautan masuk.

Namun, ketika permukaan air laut naik, semburan air bisa menyelinap di bawah es dan mulai mencarikannya dari bawah. Sebanyak 2,2 juta kilometer kubik lapisan es di Antartika Barat termasuk yang sangat rentan.

Tiga juta tahun yang lalu tingkat karbon dioksida hampir sama dengan sekarang. Suhu di Bumi satu atau dua derajat lebih hangat, namun permukaan laut menjadi 20 meter hingga 25 meter lebih tinggi.

Para ilmuwan mengatakan es yang mencair di Greenland dan Antartika adalah ancaman eksistensial terhadap peradaban. Namun, apakah itu terjadi dalam waktu ribuan tahun mendatang atau kurang adalah tergantung pada keberhasilan manusia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cepat selama beberapa dekade mendatang.

Pada saat itu, satwa liar yang ada di Antartika mungkin sudah tidak ada. Termasuk dua spesies penguin yang dikenal ada di sana dan sangat bergantung pada habitat es beku.

Kaisar atau The Emperor adalah salah satu penguin terbesar yang memiliki berat hampir 40 kilogram. Namun, hewan yang populer ini keberadaannya diperkirakan hanya bertahan hingga 2100.

Saat iklim menjadi hangat, sarang penguin menjadi banjir dan telur-telur mereka tenggelam. Jumlah koloni hewan ini yang biasanya berjumlah ribuan bisa berkurang menjadi hanya ratusan.

Sky News bergabung dengan para ilmuwan dari Royal Research Ship (RSS) James Clark Ross untuk melakukan perjalanan sejauh 1.300 mil ke selatan dari Punta Arenas di ujung Chili, melintasi Drake Passage yang terkenal kasar ke Rothera, basis ilmu pengetahuan utama BAS di Semenanjung Antartika. Dari sana, tiga fjord akan dipelajari, di mana gletser mengalir ke laut mundur dengan cepat.

Ini akan menjadi tahun ketiga para ilmuwan pergi ke fjord untuk  melacak perubahan pada air dan kehidupan di dalamnya. Tentunya, apa yang dilakukan sangat penting dalam menjawab sejumlah misteri Antartika.

Mulai dari seberapa cepat ekosistem berubah, hingga dalam kala yang lebih luas, akankah kehidupan laut yang mekar menyerap lebih banyak karbon dioksida dan menguncinya di dasar laut? Memahami perubahan cepat di Antartika tidak pernah lebih penting. Semakin cepat kita mengurangi emisi, semakin banyak es yang kita selamatkan dan semakin lambat kenaikan permukaan laut.

Para ilmuwan menulis peneltian mereka di jurnal Nature baru-baru ini memperingatkan bahwa Bumi hampir mendekati titik kritis. Suhu diperkirakan akan naik melewati 1,5 Celcius pada 2030. Ini akan membawa keturunan kita atau generasi mendatang ke dunia di masa depan yang berair.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement