Jumat 27 Dec 2019 18:52 WIB

Pengamatan Semesta Terhalang Ribuan Satelit

Ribuan satelit bisa mengaburkan gambar dari teleskop optik dan radio.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
satelit (ilustrasi)
satelit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para astronom memperingatkan bahwa pengamatan mereka terhadap Semesta dapat terancam karena banyaknya ribuan satelit. Mulai minggu depan, peluncuran ribuan satelit baru akan dimulai, yang menawarkan akses internet berkecepatan tinggi dari luar angkasa. Namun, armada pertama satelit yang telah dikirim ke orbit oleh perusahaan AS SpaceX, memengaruhi gambar langit malam.

Satelit ini muncul sebagai garis-garis putih cerah, sangat mempesona sehingga bersaing dengan bintang-bintang. Dilansir di BBC, Jumat (27/12) disebutkan, para ilmuwan khawatir bahwa satelit mega-rasi bintang di masa depan dapat mengaburkan gambar dari teleskop optik dan mengganggu pengamatan astronomi radio.

Baca Juga

"Langit malam adalah milik bersama, dan hal ini adalah tragedi milik bersama," kata Dr Dave Clements, astrofisikawan dari Imperial College London.

Clements percaya satelit bisa memiliki dampak nyata pada pengamatan. Satelit menyajikan latar depan antara apa yang kita amati dari Bumi dan seluruh Semesta. Jadi mereka menghalangi segalanya.

"Dan kamu akan kehilangan apa pun yang ada di belakang mereka, apakah itu asteroid yang berpotensi berbahaya atau Quasar paling jauh di Semesta," ucap Dr Clements.

Dia mengatakan akan sangat merepotkan bagi teleskop yang melakukan survei besar di langit, seperti teleskop Survei Sinoptik Besar (LSST) di Chile. Dia menjelaskan, apa yang ingin dilakukan dengan LSST dan teleskop lainnya adalah membuat gambar bergerak secara real time tentang bagaimana langit berubah.

Mengapa para astronom khawatir?

Perusahaan-perusahaan yang terlibat mengatakan bahwa mereka bekerja dengan para astronom untuk meminimalkan dampak satelit. Banyaknya satelit yang diluncurkan karena kebutuhan akan akses internet berkecepatan tinggi.

Alih-alih dibatasi oleh kabel, satelit dapat memancarkan akses internet ke daratan dari luar angkasa. Dan jika terdapat banyak satelit di orbit, itu berarti daerah paling terpencil pun dapat memperoleh konektivitas internet.

Saat ini ada 2.200 satelit aktif yang terbang di sekitar Bumi. Tetapi pada minggu depan, konstelasi Starlink yang merupakan proyek oleh perusahaan AS SpaceX, akan mulai mengirimkan kumpulan 60 satelit ke orbit setiap beberapa minggu. Ini berarti sekitar 1.500 satelit telah diluncurkan pada akhir tahun depan, dan pada pertengahan tahun 2020 mungkin ada 12 ribu armada satelit.

Perusahaan Inggris OneWeb mengincar sekitar 650 satelit, tetapi ini bisa naik hingga 2.000 jika ada permintaan pelanggan yang cukup. Sementara Amazon memiliki konstelasi 3.200 wahana antariksa yang direncanakan. Pada bulan Mei dan November, Starlink mengirim 120 satelit ke orbit di bawah 500 km.

Tapi para astronom merasa prihatin ketika pesawat ruang angkasa itu muncul sebagai cahaya putih terang pada gambar mereka. Dhara Patel, seorang astronom di Royal Observatory Greenwich mengatakan bahwa satelit ini seukuran meja, tetapi sangat reflektif, dan panelnya memantulkan banyak cahaya Matahari, yang berarti kita bisa melihatnya dalam gambar di teleskop.

"Satelit ini juga pengguna gelombang radio besar dan itu berarti mereka dapat mengganggu sinyal yang digunakan para astronom," ucap Patel.

Dia memperingatkan bahwa masalah akan bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah satelit di orbit. Tetapi Prof Martin Barstow, seorang astrofisikawan dari Universitas Leicester mengatakan beberapa masalah ini dapat diperbaiki.

"Jumlah satelit memang terdengar menakutkan, tetapi sebenarnya ruangnya besar, jadi ketika Anda menempatkan semuanya di langit, kepadatan benda-benda ini tidak akan menjadi sangat besar," jelasnya.

Dia menjelaskan, karena satelit memiliki posisi yang diketahui, ini dapat dimitigasi. Satelit akan menjadi titik dalam gambar dan itu mungkin muncul sebagai semburan cahaya sementara. Para peneliti yang mengetahuinya kemudian dapat menghapusnya dari gambar.

"Dibutuhkan upaya dan kerja keras bagi pengamat untuk menghadapinya, tetapi itu bisa dilakukan," katanya.

Namun untuk radioastronomi, rasi bintang dapat menimbulkan lebih banyak masalah, terutama untuk teleskop yang relatif baru, seperti Square Kilometer Array (SKA). Sinyal radio yang digunakan satelit akan berbeda dari yang dicari para astronom, tetapi mereka masih bisa mengganggu, kata Prof Barstow.

Sementara itu, perusahaan SpaceX mengatakan bahwa mereka aktif bekerja dengan para astronom internasional untuk meminimalkan dampak satelit Starlink.

Untuk peluncuran berikutnya, mereka sedang menguji lapisan khusus yang dirancang untuk membuat pesawat ruang angkasa kurang cerah untuk melihat apakah ini akan membantu.

Perusahaan OneWeb mengatakan mereka ingin menjadi pemimpin pemikiran di ruang yang bertanggung jawab dan menempatkan satelit mereka ke orbit 1.200 km, sehingga mereka tidak akan mengganggu pengamatan astronomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement