Jumat 27 Dec 2019 15:16 WIB

Studi: Tak Ikut Makan karena Diet Picu Perasaan Tersisih

Mereka yang tak bisa turut makan dimungkinkan bisa merasa kesepian ketika berkumpul

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Makan bersama sekeluarga
Foto: sheknows.com
Makan bersama sekeluarga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tidak bisa turut menyantap makan tertentu saat berkumpul dengan kerabat atau keluarga lantaran tengah diet, alasan kesehatan atau larangan agama bisa memicu perasaan kesepian dan tersisih. Makanan menjadi bagian penting dari suatu perayaan, walhasil bagi mereka yang tidak bisa turut makan dimungkinkan bisa merasa kesepian ketika berkumpul di meja makan.

Itu mengacu pada penelitian dari Cornell University di Amerika Serikat yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology.

"Meskipun secara fisik hadir dengan orang lain, namun ketika ia memiliki pembatasan makanan itu memungkinkan dirinya merasa tersisih. Sebab mereka tidak dapat mengambil bagian dalam ikatan makanan," kata penulis utama studi Kaitlin Woolley, dilansir Malaymail, Jumat (27/12).

Tim Woolley melakukan tujuh penelitian dan eksperimen yang hasilnya menunjukkan bahwa pembatasan makanan diprediksi memicu kesepian, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Bahkan bagi mereka yang tidak terbiasa mengikuti diet, pembatasan makanan berkontribusi pada peningkatan perasaan pengucilan sosial.

Sebuah survei yang dilakukan pada perayaan Paskah Yahudi menunjukkan bahwa kesepian meningkat di antara peserta yang berkumpul dengan kelompok non-Yahudi dan ia tidak bisa mengonsumsi makanan beragi seperti yang lain. Mengingat selama paskah (biasanya selama satu pekan) orang Yahudi hanya boleh memakan roti atau makanan lain yang tidak beragi sehingga hari-hari itu disebut sebagai Hari Raya Roti Tidak Beragi.

Di sisi lain saat peserta sedang bersama dengan sesama kelompok Yahudi, mereka merasakan ikatan yang lebih kuat karena sama-sama tidak memakan roti beragi.

“Orang yang tidak bisa makan seperti orang lain juga selalu timbul kekhawatiran tentang bagaimana mereka akan dihakimi. Kekhawatiran ini menghasilkan tingkat kesepian,” kata Woolley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement